Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar
Dalam sebuah hadis riwayat Abu Said al-Khudri, ketika Nabi sedang bepergian, beliau melewati seekor kijang betina yang ditambatkan pada sebuah tiang tenda.
Kijang itu memangil-manggil Nabi, “Wahai Rasulullah, tolong lepaskan ikatan saya sebentar, saya mau menyusui anak-anak saya di sana yang sedang kelaparan. Saya baru melahirkan beberapa ekor anak, tetapi tiba-tiba aku ditangkap penghuni kemah ini. Saya berjanji, akan segera kembali ke sini dalam waktu tidak lama dan engkau bisa mengikatkan saya kembali di tempat ini.”
Nabi menjawab,”Kamu hasil buruan mereka dan itu berarti engkau milik mereka, saya tidak berhak melepaskanmu.”
Setelah kijang itu berjanji dan meyakinkan Nabi untuk menepati janjinya maka Nabi melepaskan ikatannya lalu lari sekencang-kencangnya ke sebuah arah. Tidak lama kemudian, kijang itu kembali dengan kedua susunya yang terlihat kempis.
Kijang itu berkata, “Terima kasih wahai Rasulullah, anak-anak saya sudah kenyang dan bisa bertahan hidup. Dengan haru, Nabi kembali menambatkan tali kijang itu ke tempat semula.
Ketika Nabi baru saja menambatkan kijang itu, tiba-tiba pemilik kemah datang dan mengatakan, “Ada apa gerangan Rasulullah mengunjungi kemah saya dan memegang kijang itu. Jika engkau mau, dengan senang hati saya serahkan. Di sini masih banyak kijang lain yang dapat ditangkap.”
Nabi menerima pemberian kijang itu dan dibawanya pergi. Di balik bukit, ketika sang pemberi tidak lagi melihatnya, dilepaskannya kijang itu dengan mengatakan, “Pergilah engkau membesarkan anak-anakmu.”
Luar biasa mengharukan cerita ini dan sekaligus contoh bagi kita semua bagaimana Nabi bersilaturahim dengan binatang. Kisah yang mirip terjadi ketika unta Rasulullah yang sudah tua digantikan dengan unta lebih muda.
Disaksikan oleh para sahabat, unta tua itu menangis, lalu dikomentari Nabi. “Lihat unta itu masih ingin aku duduki pundaknya menyampaikan dakwah, tetapi ia harus digantikan.”