REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Hijaunya indeks harga saham gabungan (IHSG) yang ditutup di level 5.028,95 sedikit banyak dipengaruhi sentimen positif hasil proses politik yang tengah berjalan hingga saat ini.
Analis Investa Saran Mandiri Kiswoyo Adi Joe mengatakan technical rebound IHSG hari ini tidak lepas dari hasil pertemuan dua mantan kandidat calon Presiden RI, Joko Widodo dengan mantan rivalnya di Pilpres 2014, Prabowo, Jumat (17/10).
''Pertemuan ini dikesankan hubungan yang membaik dan pasar menyambut positif,'' kata Kiswoyo kepada ROL, Jumat (17/10). Ini sekaligus menjadi indikasi menurunnya tensi politik di kedua kubu setelah Jokowi resmi ditetapkan menjadi Presiden terpilih hasil Pilpres 2014.
Pelemahan rupiah yang terjadi hari ini dinilain Kiswoyo tidak banyak berpengaruh. Pun kondisi indeks regional yang mayoritas berada di zona merah ataupun hasil pertemuan tahunan IMF- World Bank akhir pekan lalu.
Yang dinantikan dan diperhatikan pasar selanjutnya setelah momen pertemuan Jokowi-Prabowo selanjutnya adalah realisasi kenaikan harga bahan bakar minyak.
Kiswoyo menilai Jokowi harus menaikkan harga BBM tahun ini agar tak harus menghadapi DPR jika usualan kenaikan BBM diambil tahun depan.
Sementara analis Asjaya Indosurya Sekuritas, William Suryawijaya mengatakan secara fundamental tak ada yang membuat kondisi IHSG merosot. Sebab, untuk janga menengah hingga panjang, pasar modal Indonesia masih berkembang baik.
Jikapun IHSG hari ini hijau sementara kondisi regional sebaliknya, itu karena terbantu rangkaian politik yang stabil setahun ini. Jikapun naik di satu momen tertentu, ia melihat itu karena euforia saja.
''Di semua negara yang mengalami tahun perubahan politik, optimisme muncul. Jadi naiknya IHSG hari ini bukan ditopang satu dua momen,'' kata dia.
Naik turun IHSG beberapa waktu belakangan ini pun dinilainya wajar saja. Ketakutan akan memburuknya kondisi politik pun sebaiknya tidak direspon berlebihan.
Melihat kondisi yang ada, William optimistis IHSG akan tetap bertahan di posisi 5.000. Ia yakin, siapapun yang memimpin dan berkoalisi, mereka akan mempertahankan kondisi Indonesia yang stabil. Sebab mereka pasti paham konsekuensi bagi ekonomi nasional jika kondisi Indonesia kacau.