REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Program peremajaan bajaj di Ibu Kota belum terlaksana secara maksimal. Meski telah dicanangkan beberapa tahun lalu, hingga saat ini, kendaraan roda tiga berwarna oranye yang dinilai menjadi sumber polusi udara masih tetap ada.
Terkendalanya program pembaharuan ini disebabkan adanya monopoli dua produsen bajaj berbahan bakar gas (BBG). Dengan penguasaan dari kedua perusahaan ini, mereka menjual satu unit bajaj berwarna biru yang ramah lingkungan dengan harga tinggi.
"Harga tinggi yang diberi dua produsen bajaj BBG ini membuat pengusahan bajaj oranye tidak mampu memperbaharui kendaraan tersebut," ujar kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Muhammad Akbar, Sabtu (19/10).
Ia menjelaskan kedua perusahaan produsen bajaj ramah lingkungan tersebut adalah PT Bajaj Indonesia dan PT TVS Motor Indonesia.
Harga yang dipasarkan untuk satu unit bajaj BBG dari dua perusahaan ini mencapai Rp 60 juta.