REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Persoalan politik yang dihadapi bangsa Indonesia diharapkan jangan sampai membuat negara kehilangan toleransi serta bangunan persatuan dan kesatuan sehingga membuat Rakyat Indonesia tercabik-cabik.
"Jangan sampai, karena persoalan politik persatuan bangsa tercabik-cabik, seperti yang terjadi di Somalia," kata Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siraj dalam siaran pers MPR RI yang diterima di Jakarta, Ahad (19/10).
Sebagaimana diketahui, segenap jajaran Pimpinan MPR pada Sabtu (18/10) telah bertemu dengan PBNU di Sekretariat PBNU, Kramat Raya, Jakarta Timur. Pada kesempatan tersebut, Ketua Umum PBNU menyambut Ketua MPR Zulkifli Hasan, yang datang bersama para Wakil Ketua MPR Yaitu Evert Erenst Mangindaan, Oesman Sapta Odang, dan Hidayat Nur Wahid.
Ketua PBNU menyatakan kesiapannya menghadiri undangan pelantikan presiden yang disampaikan pimpinan MPR RI, serta menyambut gembira upaya MPR yang melakukan safari sebelum pelantikan presiden. "Upaya pimpinan MPR memberi dampak yang baik bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Terutama dalam membangun persatuan dan kesatuan bangsa," katanya.
Ia juga mengutarakan harapannya agar MPR ke depan harus memberruang yang lebih luas bagi organisasi kemasyarakatan untuk terlibat dalam kegiatan berbangsa dan bernegara guna meminimalkan terjadinya peluang perpecahan, serta turut menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.
Menurut dia, Indonesia beruntung memiliki dua ormas besar (NU dan Muhammadiyah) yang bisa mengamankan masyarakat dari perpecahan dan permusuhan sehingga realita seperti itu harus dijaga dan dipertahankan untuk ikut menjaga persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.
Sebelumnya, Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan, toleransi akan terus menjadi agenda yang mesti diimplementasikan di Republik Indonesia bersama pilar pemersatu bangsa lainnya yaitu persatuan dan kerukunan.