REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Amerika Serikat dinilai telah terlibat dalam menanamkan benih radikalisasi di Irak melalui tawanan-tawanan mereka saat mengusai negara tersebut sejak tahun 2003.
Andrew Thompson dan Jeremi Suri dalam sebuah artikel di New York Times berjudul How America Helped ISIS pada awal bulan ini menjelaskan proses radikalisasi tersebut.
Saat itu, militer AS dinilai semena-mena dengan rakyat Irak dan menangkapi siapa saja hanya karena dianggap 'mencurigakan' sebagai mantan militer Saddam Hussein atau militan.
Jumlah mereka yang ditangkap dengan asal-asalan tersebut diyakini cukup tinggi.
Tahanan AS pernah mencapai 26 ribu orang pada saat kondisi memanas dan ratusan ribu warga Irak pernah mendekam di berbagai penjara.
Mereka diperlakukan sama dengan pelaku kriminal lainnya, termasuk mereka yang benar-benar teroris.
"Radikalisasi para tahanan tersebut merupakan bukti bagi mereka yang memperhatikan (kasus ISIS)," tulis keduanya.
Mereka yang benar-benar teroris banyak dihukum mati. Namun banyak tahanan masih mendekam di penjara saat kelompok-kelompok yang menjadi cikal bakal ISIS berhasil membebaskan mereka usai menguasai beberapa daerah di Irak.