Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar
Konsep itu persaudaraan kemanusiaan (ukhuwah basyariyah), persaudaraan kebangsaan (ukhuwah wathaniyah), dan persaudaraan keislaman (ukhuwah Islamiyah). Tidak boleh salah satu konsep itu digunakan untuk merusak tatanan ukhuwah yang sudah mapan.
Allah dengan tegas mengatakan, “Allah tiada melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya, Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.”
“Sesungguhnya, Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangi kamu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan, barang siapa menjadikan mereka sebagai kawan, mereka itulah orang-orang lalim.” (QS al-Mumtahinah [60]: 7-8).
Nabi juga pernah menegaskan, “Barang siapa yang menzalimi orang-orang yang menjalin perjanjian damai atau melecehkan mereka atau membebaninya sesuatu di luar kesanggupannya, atau mengambil hartanya tanpa persetujuannya, saya akan menjadi lawannya nanti pada hari kemudian.” (HR Bukhari Muslim).
Hadis sahih riwayat Bukhari dan Muslim menceritakan Nabi memerintahkan untuk menshalatgaibkan sahabat Nabi, yaitu Raja Najasy, ketika sampai kabar kematian kepadanya. Sahabat pun melakukan shalat gaib dengan empat kali takbir di masjid dan mendoakannya (HR Bukhari No 3880-3881). Riwayat dari jalur Imam Muslim juga hampir sama redaksinya.
Jika silaturahim internal sesama makhluk mikrokosmos bisa terwujud, akan memudahkan terjalinnya ukhuwah komprehensif dengan makhluk makrokosmos. Silaturahim antara kedua kosmos ini diharapkan melahirkan kedamaian komprehensif dan abadi. Semoga Lebaran kali ini membawa kabahagiaan dan kedamaian untuk kita semua.