Senin 20 Oct 2014 15:01 WIB

Pidato Jokowi Dinilai Biasa-Biasa Saja

Rep: c87/ Red: Joko Sadewo
Joko Widodo (Jokowi) membacakan pidato pertamanya sebagai Presiden RI, Senin (20/10)
Foto: ap
Joko Widodo (Jokowi) membacakan pidato pertamanya sebagai Presiden RI, Senin (20/10)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Gerindra, Ahmad Muzani, menilai pidato perdana Presiden Joko Widodo saat pelantikan di gedung MPR, Senin (20/10) biasa-biasa saja. Ada beberapa hal yang mestinya ada dalam isi pidato tapi tidak disampaikan Jokowi.

Menurut Muzani, pidato kenegaraan mengandung tiga hal yakni substansi, retorika, inovasi. "Di antara tiga itu, retorikanya menurut saya biasa-biasa saja. Inovasi biasa-biasa saja, inovasinya standar, standar semua," kata Muzani seusai menghadiri pelantikan Jokowi-JK di gedung MPR, Senin.

Saat diminta memberikan angka penilaian, Muzani tidak menyebut. Menurutnya, isi pidato Jokowi sudah lumayan. "Kalau ulangan enggak her-lah (mengulang, Red), enggak merah," ujarnya.

Menurutnya, pidato pelantikan Jokowi adalah pidato kenegaraan presiden yang perdana dilakukan Jokowi dalam pidato negara. Sedangkan di kebanyakan negara demokrasi itu inagurasi.

Biasanya dalam tradisi banyak negara demokrasi, pidato kenegaraan dipersiapkan secara serius dan dibacakan secara serius. "Saya melihat tim di sekitar Jokowi terus terang kurang matang," imbuhnya. 

Menurutnya, ada beberapa poin penting yang tidak disampaikan dalam pidato Jokowi. Yakni poin yang menggambarkan apa saja yang mau dicapai sebagai prioritas. Poin itu harus menerjemahkan dari visi-misi yang sudah disampaikan oleh Jokowi pada saat kampanye. 

Misalnya, di bidang infrastruktur, pertahanan, bidang luar negeri, pendidikan, dan perekonomian. Menurutnya poin-poin itu tidak tergambar dalam pidato tersebut. Sedangkan yang disampaikan Jokowi hanya satu yakni kemandirian.

"Karena tadi dalam pidatonya banyak menyebut mandiri dan trisakti. Satu-satunya itu yang bisa saya tangkap. Saya kira masih ada ternyata sudah wassalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh," ujar Muzani.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement