Senin 20 Oct 2014 21:22 WIB

Syafi'i Maarif Sebut Kesalahan Jokowi di Pidato Kenegaraan

Rep: Ahmad Islamy Jamil/ Red: Hazliansyah
Presiden Joko Widodo bersama Presiden RI Ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono saat berada Istana Merdeka, Jakarta, Senin (20/10). Presiden Joko Widodo resmi dilantik menggantikan SBY.
Foto: Republika/ Prayogi
Presiden Joko Widodo bersama Presiden RI Ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono saat berada Istana Merdeka, Jakarta, Senin (20/10). Presiden Joko Widodo resmi dilantik menggantikan SBY.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pidato kenegaraan yang disampaikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam acara pelantikannya di gedung MPR, Senin (20/10), mendapat pujian dari tokoh Indonesia, Ahmad Syafi’i Maarif. 

Kendati demikian, mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah itu memberikan satu koreksi terhadap pidato presiden RI yang baru saja dilantik tersebut. Apa itu?

“Secara keseluruhan apa yang disampaikan Jokowi (dalam pidato kenegaraannya) cukup bagus. Cuma ada satu kesalahan, yaitu dia menyebut Indonesia ini sebagai negara terbesar ketiga, padahal semestinya terbesar keempat setelah Cina, India, dan AS,” kata Syafi’i kepada Republika, Senin (20/10).

Menurut pria yang akrab disapa Buya itu, koreksi ini harus menjadi perhatian serius bagi Jokowi sebagai kepala negara ke depannya. Syafi’i pun meminta mantan Gubernur DKI itu lebih berhati-hati dalam menyusun dan menyampaikan pidato kenegaraan di masa yang akan datang.

“Pidato kenegaraan memiliki nilai yang sangat penting, sehingga tidak boleh ada kesalahan sama sekali di dalamnya. Saya kira tim penyusun naskah pidato presiden harus lebih teliti dan berhati-hati lagi ke depannya,” tutur Syafi’i.

Jokowi dan Jusuf Kalla (JK) hari ini resmi dilantik sebagai Presiden dan Wakil Presiden RI untuk periode 2014-2019 di Gedung MPR, Jakarta. Dalam pidato kenegaraannya, Jokowi menekankan misinya untuk membangun Indonesia menjadi negara maritim.

“Saatnya kita mengembalikan negara ini sebagai negara maritim. Laut, samudera, selat, dan teluk adalah masa depan negara,” kata Jokowi.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement