Selasa 21 Oct 2014 17:17 WIB

'Bullying' Picu Tradisi Rimba dan Sadisme

Bullying (ilustrasi)
Foto: www.chicago-bureau.org
Bullying (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Konsorsium Pengembangan Sekolah Karakter Susanto mengatakan tindakan bullying di sekolah hanya akan memicu tradisi rimba dan sadisme di lingkungan anak-anak.

"Maraknya kasus bullying di sekolah bisa menimbulkan tradisi rimba dan sadisme," kata Susanto di Jakarta, Selasa (21/10).

Menurut dia, kasus bullying merupakan persoalan serius. Akan tetapi, penanganannya sering tidak dilakukan lewat intervensi secara serius. Tradisi rimba dan sadisme itu berpotensi menurun kepada korban bullying untuk melakukannya kepada yang lainnya.

"Banyak faktor mengapa bullying tidak tertangani dengan baik, di antaranya guru sering menganggap hal itu biasa dilakukan usia anak, permisifitas terhadap perilaku kekerasan serta belum terbangunnya sistem sekolah tanpa bullying," kata komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia itu.

Bagi dia, kasus bullying harus mendapatkan penanganan serius karena jika tidak, sesungguhnya secara tidak sadar sekolah telah memproduksi generasi yang rimbawi dan sadisme di masyarakat. "Padahal bangsa dan 'performance' Indonesia ke depan ditentukan oleh keberadaan sekolah saat ini," katanya.

Oleh karena itu, kata dia, sekolah membutuhkan revolusi sistem agar mata rantai kekerasan bisa diputus. Kasus bullying sendiri belakangan mengemuka dengan semakin banyaknya kekerasan di sekolah yang dilakukan oleh kakak kelas kepada adik kelasnya, atau teman satu angkatan yang merasa lebih kuat dari yang lainnya.

Bullying sudah seperti gunung es. Kekerasan di lingkungan anak-anak dapat terus menjadi berbudaya jika tidak rantai bullying tidak diputus.

"Beberapa yang bisa dilakukan seperti dengan menanamkan karakter positif sejak dini, pembangunan tradisi harmoni dan nol kekerasan dengan semua warga sekolah serta menguatkan mekanisme pencegahan di sekolah agar tidak ada lagi bullying," kata dia.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement