REPUBLIKA.CO.ID, Bicara Mentawai, orang akan teringat tsunami yang melanda kepulauan tersebut pada 2010 silam. Tsunami telah memporak-porandakan wilayah yang secara administratif masuk wilayah propinsi Sumatra Barat ini.
Empat tahun kemudian, tim Posdai Hidayatullah Pusat berkesempatan menyambangi kepulauan tersebut dalam rangka menyalurkan qurban melalui program “Qurbanmu-dakwahmu”.
Posdai berangkat melalui pelabuhan Bungus menuju Kepulauan Mentawai tepatnya di pulau Siberut dengan menaiki KMP Gambolo (Kapal Ferry milik ASDP). Keindahan Mentawai bukan hanya ada pada budayanya saja, juga alamnya.
Sepanjang perjalanan laut, terlihat hamparan pasir nan indah yang membuat letihnya perjalanan tidak terasa. Hampir 10 jam KMP Gambolo yang membawa rombongan menerjang goyangan ombak akhirnya kapal merapat di Muara Siberut Selatan.
Rombongan langsung disambut hangat oleh para dai dari Islamic Centre Syekh Shaleh ar-Rajhi, yang lebih dahulu melaksanakan aktivitas dakwahnya di Kepulauan Mentawai.
Genap satu pekan mereka mendampingi Tim Posdai Pusat menjalankan amanah para donatur dan simpatisan untuk menyalurkan qurban sekaligus pembagian perlengkapan shalat untuk para mualaf Mentawai yang dipersembahkan oleh Majelis Taklim Telkomsel Jakarta, Swarna Bandung dan Keluarga Besar Bapak Ahmad Syauqi Jakarta.
Tim Posdai tiba di Siberut Selatan sehari sebelum perayaan Hari Raya Idul Adha 1435 H dilaksanakan. Sungguh mengharukan karena bagi para mualaf, shalat Idul Adha kali ini merupakan shalat ied dan shalat subuh yang pertama kali mereka laksanakan.
Alhamdulillah, syahadat telah diikrarkan oleh 58 warga yang berada di Dusun Tinambu yang dibimbing oleh Ustaz Irwan, Direktur Islamic Centre Kepulauan Mentawai, serta disaksikan langsung oleh masyarakat.
Setelah pelaksanaan shalat Ied, masyarakat bersuka cita menyaksikan penyembelihan hewan qurban yang dipersembahkan oleh PT Wijaya Karya dan BDI Chevron Jakarta. Daging qurban tersebut dibagikan kepada para mualaf dan masyarakat sekitar.
Kegiatan Posdai Hidayatullah di Mentawai diakhiri dengan khitanan bagi mualaf yang dilakukan oleh mitra medis yaitu Islamic Medical Service (IMS).
Masyarakat Mentawai sangat membutuhkan sarana dan prasarana kesehatan yang memadai, dan yang tidak kalah pentingnya adalah sarana ibadah yaitu hadirnya sebuah bangunan mushala atau masjid di dusun mereka untuk menunjang tetap terpancarnya cahaya Islam.