Kamis 23 Oct 2014 13:59 WIB

Wali Kota Meksiko Dalangi Pembunuhan 43 Mahasiswa

Rep: Ani Nursalikah/ Red: Esthi Maharani
Bendera Meksiko
Bendera Meksiko

REPUBLIKA.CO.ID, MEXICO CITY -- Wali Kota Iguala, Meksiko dan istrinya diduga merupakan dalang hilangnya 43 mahasiswa bulan lalu.

Mahasiswa tersebut hilang pada 26 September dari Iguala yang terletak di barat daya negara bagian Guerrero setelah bentrok dengan polisi. Insiden itu menggemparkan Meksiko. Peristiwa tersebut juga menarik perhatian internasional.

Sejauh ini, pihak berwenang federal telah menahan 52 orang terkait insiden tersebut. Puluhan polisi yang terkait dengan geng Guerreros Unidos atau "Prajurit Bersatu" juga ditangkap. Pemimpin geng  Sidronio Casarrubias ditangkap pekan lalu. Geng itu membayar ratusan ribu dolar AS kepada wali kota perbulan dari keuntungan membuat getah opium yang akan dikirim ke Amerika Serikat.

Di Iguala, ribuan orang berunjuk rasa, Rabu (22/10). Mereka memprotes hilangnya mahasiswa pendidikan guru itu. Setelah berunjuk rasa, sekelompok pria bertopeng membakar kantor wali kota dengan bom molotov dan menghancurkan jendela.

Di Mexico City, Jaksa Agung Jesus Murillo Kara mengatakan Casarrubias mengaku Wali Kota Iguala Jose Luis Abarca dan istrinya Maria de los Angeles Pineda memerintahkan dua pasukan polisi menghentikan aksi unjuk rasa mahasiswa karena mengganggu acara politik saat itu.

Abarca memerintahkan agar polisi menahan mahasiswa yang membajak empat bus karena dia mengira mahasiswa akan mengganggu pidato istrinya. Abarca, istrinya dan kepala polisi kini menjadi buronan polisi

"Kami telah mengeluarkan surat perintah penahanan Jose Luis Abarca, istrinya Pineda Villa dan Kepala Polisi Felipe Flores Velazquez dengan dugaan mendalangi peristiwa yang terjadi di Iguala pada 26 September," ujar Murillo dalam konferensi pers, Kamis (23/10).

Dalam insiden September itu, polisi menembak dan membunuh seorang mahasiswa. Puluhan lainnya ditangkap, dibawa ke kantor polisi dan kota Cocula  sebelum diserahkan kepada anggota geng Guerreros Unidos. Murillo menambahkan salah satu letna polisi mengatakan para mahasiswa adalah anggota geng musuh mereka Los Rojos atau "Geng Merah".

Pihak berwenang terus menyelidiki sembilan kuburan massal. Sejauh ini, mereka telah menemukan 30 sisa-sisa jenazah. Pemeriksaan awal menunjukkan tidak ada satupun dari mereka merupakan mahasiswa. Petugas saat ini sedang menunggu tes DNA tahap kedua.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement