REPUBLIKA.CO.ID, OTTAWA -- Perdana Menteri Kanda Stephen Harper mengatakan, negaranya tak akan pernah terintimidasi dengan serangan ke parlemen nasional di Ottawa. Ia justru berjanji, untuk melipatgandakan upaya melawan kelompok teroris.
Sebelumnya, seorang pria bersenjata membunuh seorang tentara di tugu peringatan perang di Ottawa. Setelahnya sebuah serangan oleh pria bersenjata juga melanda blok pusat Parlemen Nasional. Pelaku tewas setelah terjadi baku tembak dengan polisi.
Insiden terjadi beberapa saat, setelah Kanada mengumumkan akan meningkatkan kewaspadaanya terhadap ancaman teror. Kanada awal bulan ini mengumumkan rencana untuk bergabung dengan kampanye serangan udara pimpinan Amerika Serikat, terhadap Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
Pada Senin (20/10), tentara lain juga tewas dalam serangan tabrak lari di Quebec. Namun tak ada konfirmasi yang menyatakan, setiap serangan yang terjadi pekan ini terkait ISIS atau kampanye militer terbaru.
Dalam pidato televisinya pada Rabu (22/10) malam, Harper mengatakan Kanada tak akan terintimidasi. Menurutnya peristiwa ini justru akan membuat Kanda menggandakan upayanya melawan teroris.
"Sebenarnya ini memperkuat tekad kami dan menggandakan upaya, baik warga maupun badan keamanan nasional kami, untuk mengambil segala langkah yang diperlukan untuk mengidentifikasi dan menjaga Kanada tetap aman," katanya.
Ia menekankan, pelaku tak akan mendapat tempat aman di tanah Kanada. Tapi Harper juga mengakui serangan menunjukkan Kanada tak kebal dengan serangan teroris.
Setelah Harper berpidato, polisi mengangkat blokade mereka di pusat kota kecuali di Gedung Parlemen Hill.
Mengutip pejabat Kanada lain yang tak mau diisebut namanya, kantor berita AS dan Kanada mengidentifikasi pria bersenjata tersebut bernama Michael Zehaf-Bibeau. Sumber pemerintah AS mengatakan, ia lahir dengan nama Michael Joseph Balai sebelum menjadi mualaf.
Pada Rabu pagi, dua tentara yang menjaga tugu peringatan mendapat serangan dari seorang pria bersenjata. Satu tentara, Kopral Nathan Cirillo, meninggal karena luka-lukanya. Tiga orang lainnya dirawat di rumah sakit dan dibebaskan pada malam harinya.
Anggota parlemen Kanda Marc Garneau mengatakan pada BBC, beberapa menit setelah serangan, puluhan tembakan dilepaskan di dalam gedung parlemen.
Pelayan di gedung parlemen Kanada, Alain Merizier, mengisahkan ia melihat sebuah mobil berkaca gelap berhenti di luar komplek pusat parlemen. Setelahnya, seorang supir bersenjata panjang keluar dan berjalan menuju pintu masuk gedung. Sementara petugas keamanan parlemen mengejarnya.
"Saat itu saya lebih tercengang dibanding ketakutan, Anda tak punya waktu untuk takut," katanya.
Anggota Parlemen lain, John McKay, menggambarkan saat pria tersebut menyerang parlemen terdengar bunyi seperti "pop, pop, pop". Para penjaga kemudian mengantar anggota parlemen ke belakang bangunan.
"Bagaimana pria bersenjata berjalan menyusuri lorong kehormatan di dalam parlemen dengan senapan, ini akan menjadi fokus penyelidikan," katanya.
Seorang pekerja bangunan yang berada di lokasi mengatakan pada Reuters, ia mendengar suara tembakan. Ia kemudian melihat seorang pria dengan syal di wajah berlari menuju parlemen.
"Dia mengenakan celana biru dan jaket hitam, dan ia membawa senapan laras ganda dan berlari ke sisi bangunan. Ia juga mencegat sebuah mobil di bawah todongan senjata," kata pekerja konstruksi Scott Walsh.
Serangan di parlemen terjadi sangat dekat dengan ruangan tempat Harper bertemu dengan anggota partai Konservatif. Saksi mata mengatakan, tembakan dilepaskan setelah pria bersenjata memasuki gedung parlemen.
"PM (Harper) sedang berbicara kaukus, saat ledakan terjadi, dan diikuti baku tembak. Kami semua berhamburan. Itu terdengar jelas tepat di luar pintu kaukus kami," kata Menteri Badan Keuangan Tony Clement pada Reuters.
Hingga saat ini belum ada kelompok, militan Islam atau lainnya yang mengaku bertanggung jawab atas serangan di Ottawa.