Kamis 23 Oct 2014 16:51 WIB

WHO Gelar Pertemuan Darurat Ebola

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Bilal Ramadhan
Sekjen PBB menyampaikan laporan mengenai krisis ebola di hadapan petinggi IMF dan Bank Dunia (9/10).
Foto: Reuters
Sekjen PBB menyampaikan laporan mengenai krisis ebola di hadapan petinggi IMF dan Bank Dunia (9/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA–- WHO mengadakan pertemuan dadakan untuk mendiskusikan wabah Ebola, Rabu (22/10). Pertemuan dilakukan di Genewa dengan agenda perkembangan wabah dan mempertimbangkan peraturan pembatasan perjalanan.

Pertemuan kali ini adalah pertemuan darurat ketiga yang digelar WHO untuk mengukur upaya pengendalikan virus. WHO telah mendapat banyak kritik karena dinilai kerja terlalu lamban. Hingga saat ini, tingkat kematian karena Ebola terhitung 4.877 orang. Meningkat 322 orang sejak laporan terakhir WHO lima hari lalu.

Selain itu, tercatat setidaknya 9.936 kasus Ebola sejak 19 Oktober. Sebagian besar korban berasal dari Guinea, Liberia dan Sierra Leone dengan nilai faktor 1,5 untuk Guinea, 2 untuk Sierra Leone dan 2,5 untuk Liberia. Angka sebenarnya diperkirakan lebih tinggi, terutama dalam jumlah kasus yang ada.

Rata-rata tingkat kematian mencapai 70 persen dari semua kasus. Sehingga, total angka kemungkinan mencapai 15 ribu korban. Dikutip Reuters, kasus di Liberia tercatat sebanyak 4.665 dengan 2.705 orang meninggal. Sementara di Sierra Leone sebanyak 3.706 kasus dan 1.259 orang meninggal, di Guinea, dimana wabah pertama ditemukan memiliki 1.540 kasus dan 904 orang meninggal.

Dalam beberapa minggu terakhir, penularan penyakit lebih intens terjadi di kota Monrovia dan Freetown. Di ibu kota Guinea Conakry, kasus yang terkonfirmasi sebanyak 18, kedua tertinggi dalam skala mingguan sejak wabah dideteksi.

Dari ribuan kasus, 443 menimpa pekerja kesehatan dan 244nya meninggal. WHO mengatakan jumlah ini masih dalam investigasi untuk mengetahui alasan banyaknya pekerja kesehatan yang tertular. ‘’Indikasi dini adalah sebagian besar dari pengobatan dan perawatan Ebola,’’ katanya.

PBB merencanakan sebuah program yang dikenal sebagai 70-70-60 untuk menghentikan epidemik. Program ini termasuk target mengisolasi setidaknya 70 persen dari kasus dan mengubur dengan aman setidaknya 70 persen dari korban meninggal, pada 1 Desember. Tenggat waktunya selama 60 hari dari hari pertama implementasi rencana.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement