REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengurus Asosiasi Chef Peduli Halal, Ahmad Suharna, mengungkapkan, menjadi chef yang mementingkan kehalalan adalah sebuah kewajiban bagi seorang yang berprofesi sebagai chef yang beragama Islam.
Oleh karena itu, kata dia, untuk menjadi chef yang peduli kehalalan, selain membekali diri dengan pengetahuan tentang kehalalan, dia juga memerlukan sejumlah motivasi diri.
Dalam sebuah seminar tentang kehalalan yang diselenggarakan di Jakarta, Kamis (23/10), Ahmad mengungkapkan, bekal motivasi diri yang diperlukan di antaranya, menjadikan bekerja sebagai ibadah dan mengharapkan ridho Ilahi.
"Kemudian, menganggap apapun profesi yang kita jalani merupakan salah satu usaha mencari rejeki yang halal," ungkap Ahmad.
Motivasi lainnya ialah menanamkan pemahaman pada diri kalau menjadi chef yang peduli kehalalan merupakan salah satu wujud syukur atas pekerjaan yang mewasilahkan kita mendapat rejeki yang halal.
Terakhir, memahami bahwa menjadi chef yang peduli kehalalan berarti berkarya menghidupkan dakwah syiar agama dan merupakan salah satu bentuk kesalehan sosial.
Ahmad mengatakan, chef yang peduli kehalalan harus memikirkan bagaimana sajian itu menjadi sajian syar'i yang halal, baik dan berkhasiat, karena konsep makanan ada tiga yakni mengenyangkan, menyehatkan dan obat.
"Makanan bukan hanya mengenyangkan, tetapi juga dapat menjadi obat, mendatangkan keberkahan, halal, baik serta bergizi," kata dia.
"Halal adalah sebuah perjuangan yang tidak putus-putus, dari mulai kita bangun sampai tidur kembali. Masalah halal enggak bisa ditawar-tawar," kata Ahmad.