REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aremania diperbolehkan mendukung timnya yaitu Arema Cronus saat menghadapi Persela Lamongan pada pertandingan kandang terakhir delapan besar Indonesia Super League (ISL) di Stadion Kanjuran Malang, Sabtu (25/10).
Keputusan tersebut didapat setelah Komisi Disiplin (Komdis) PSSI menerima 15 syarat yang diajukan sendiri oleh manajemen Arema Cronus maupun Aremania terkait dengan upaya pelarangan penggunaan flare dan nyanyian rasis.
"Komdis mencoba keluar dari kebuntuan dari denda uang. Berapa besar denda, mereka tetap melanggar. Makanya kami menerima usulan Arema untuk menghukum dirinya sendiri," kata Ketua Komdis PSSI, Hinca Panjaitan di Kantor PSSI Senayan, Jakarta, Kamis (23/10).
Menurut Hinca, apa yang dilakukan oleh Arema adalah hal yang luar bisa. Mereka akan menjadi polisi bagi kawan-kawannya saat mendukung tim kesayangannya pada babak delapan besar ISL 2013/2014. "Malang akan diuji besok. Mereka ibarat memasang pisau dilehernya sendiri. Komdis pada pertandingan nanti tidak akan ke Malang," katanya menambahkan.
Hinca menjelaskan,15 syarat yang diajukan Arema ini merupakan terobosan baru. Untuk itu semuanya harus bisa dilaksanakan., apalagi syarat yang diajukan merupakan bentukan dari Arema maupun pendukung fanatiknya yaitu Aremania.
"Pokoknya kalau ada tulisan yang berbau rasis, maupun flare. Konsekuensinya sudah jelas," kata pria yang juga berprofesi sebagai penasehat hukum.
Sementara itu media officer Arema Cronus, Sudarmaji menegaskan, 15 syarat yang diajukan tersebut diantaranya adalah memasang spanduk anti flare dan rasis di Malang Raya, menyebarkan selebaran diseputaran stadion menjelang pertandingan kandang, sosialisasi dan pernyataan sikap di media radio, televisi lokal serta bertatap muka dengan Aremania.
"Selain itu syarat yang kami ajukan adalah kami akan melakukan edukasi kepada kalangan anak-anak dengan menggelar lomba dengan teman anti rasis dan flare," kata Sudarmaji menambahkan.