REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat belum akan menyerahkan kendali operasi militer kepada Republik Korea pada tahun 2015 seperti yang dijadwalkan sebelumnya, kata Menteri Pertahanan AS Chuck Hagel.
"Walaupun persetujuan ini akan menunda transfer kendali operasional yang dijadwalkan, itu akan memastikan bahwa pengalihan kendali tidak terjadi ketika pasukan Korea memerlukan kemampuan yang untuk mengatasi ancaman yang ditetapkan Korea Utara," kata Hagel Kamis (23/10) pada konferensi pers setelah Pertemuan Konsultatif Keamanan ke-46 Amerika Serikat-Republik Korea.
Hagel mengatakan, alasan penundaan itu karena "adanya ketidak stabilan Korea Utara", terus meluncurkan jenis baru provokasi termasuk uji coba nuklir lanjutan.
"Program-program nuklir dan rudal balistik Korea Utara membutuhkan aliansi kami untuk mempertahankan pencegah yang kuat dan kredibel," kata Hagel.
Hagel melanjutkan dengan mengatakan AS akan mempertahankan jumlah pasukan dan kemampuan militer di semenanjung Korea.
Hagel dan Menteri Pertahanan Nasional Korsel Han Min-koo turun ke podium di Pentagon untuk membuat pengumuman bersama-sama. "Situasi keamanan di semenanjung Korea lebih berbahaya dari yang pernah ada," kata Min-koo.
Menurut Departemen Pertahanan AS, penyelesaian transfer kekuasaan militer bisa berlangsung hingga pada tahun 2020 jika situasi dengan Korea Utara membaik. AS telah mempertahankan kendali militer di Korea Selatan selama lebih dari 60 tahun.