REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berita kesulitan wartawan di lingkungan Istana Kepresiden melaksanakan shalat Jumat, langsung mendapatkan reaksi dari berbagai kalangan terutama mantan wartawan yang pernah meliput di lingkungan istana.
Casmo Tatilitofa, yang pernah bertugas di lingkungan Istana Kepresidenan sejak tahun 1979 hingga 2003 mengungkapkan, baru kali ini terjadi di istana, wartawan dipersulit melaksanakan shalat Jumat di Masjid Baiturrahim.
''Ini pertama kali terjadi, wartawan dipersulit untuk melaksanakan shalat Jumat di Masjid Baiturrahim,'' ungkap Casmo kepada Republika, Jumat (24/10).
Ia mengungkapkan, di era Presiden Soekarno maupun Presiden Soeharo, masjid Baiturrahim di lingkungan Istana, terbuka untuk siapa saja.
''Di jaman Pak Harto, Mesnsesneg (Menteri Sekretaris Negara) Soedharmono dan Menseskab (Menteri Sekretaris Kabinet) Moerdiono shalat Jumatnya di luar masjid, di bawah pohon rindang hanya beberapa meter dari Istana Merdeka,'' ungkapnya.
Casmo menyebutkan, wartawan bebas shalat Jumat di mana saja. ''Masjid Baiturrahim dulu merakyat, terbuka bebas. Kini, tertutup kaca tebal. Masuk masjid pun bebas dari mana saja, kini pintu-pintu tertutup rapat dan penuh alat deteksi. Istana justru lebih bebas di jaman Pak Harto,'' ungkapnya.
Penulis buku Catatan Ringan Wartawan Istana, dari Gombyok Sampai Demo Dresden ini mengungkapkan, bila ada aturan protokoler di lingkungan istana, itu wajar. Karena di negara mana pun yang kita kunjungi, selalu ada hal semacam itu.
Sementara itu, Endang Mihardi, wartawan yang juga cukup lama bertugas di lingkungan Istana mengatakan, inikah kelebihan dari Kabinet Indonesia Hebat dengan kabinet lainnya yang sangat menghormati rakyatnya yang mau melaksanakan shalat Jumat di Masjid istana, termasuk para wartawan.