Senin 27 Oct 2014 13:46 WIB

Pertemuan Dua Korea Terancam Batal

Bendera Korea Selatan dan Korea Utara. Ilustrasi
Foto: gallerychip.com
Bendera Korea Selatan dan Korea Utara. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Rencana untuk melanjutkan kembali pembicaraan tingkat tinggi antara Korea Utara dan Korea Selatan akhir pekan ini tampaknya terancam batal karena pihak Korut menolak untuk mengkonfirmasi kehadirannya.

Kedua Korea pada awal Oktober telah sepakat untuk memulai kembali dialog, dan pihak Korea Selatan telah mengusulkan pertemuan diadakan pada 30 Oktober.

Namun, dalam serangkaian pesan terbaru bernada sama, Korea Utara pada Minggu (26/10) mengatakan pihaknya terpaksa mempertimbangkan kembali untuk mengambil bagian dalam pembicaraan tingkat tinggi itu karena merasa kurangnya ketulusan dari pihak Korea Selatan.

Pesan fax dari Komisi Pertahanan Nasional Korea Utara secara khusus mengutip penolakan Korea Selatan dalam melarang para aktivis Korsel meluncurkan balon-balon, yang membawa bundelan berisi selebaran anti-Korea Utara, melintasi wilayah perbatasan.

"Kami harus berpikir ulang apakah pembicaraan tingkat tinggi ini dapat diselenggarakan dalam suasana hati seperti itu," kata pihak Korut.

Sementara itu, Kementerian Unifikasi Korsel mengatakan pemerintah Korsel tetap berkomitmen untuk melanjutkan dialog antar-Korea dan mendesak Korea Utara untuk tidak membuat masalah peluncuran selebaran itu sebagai hambatan untuk berdialog.

"Kami juga mendesak Korea Utara untuk memperjelas posisinya dalam pengajuan kami untuk melakukan pembicaraan pada 30 Oktober," kata juru bicara Kementerian Unifikasi Korsel Lim Byeong-Cheol dalam konferensi pers.

Pemerintah Korea Utara telah lama mengecam peluncuran selebaran anti-Korut yang dilakukan para aktivis Korsel, dan menyebut para aktivis yang terlibat dalam peluncuran selebaran itu sebagai "manusia sampah".

Dalam beberapa pekan terakhir ini, pemerintah Korut telah meningkatkan tuntutan agar pihak Korsel melarang praktik peluncuran selebaran itu sepenuhnya, namun pemerintah Korea Selatan menegaskan bahwa para aktivis itu memiliki hak demokratis.

Sebuah operasi peluncuran selebaran di dekat wilayah perbatasan Korut-Korsel pada Sabtu (25/10) mengakibatkan bentrok antara aktivis dan warga setempat yang melempari telur.

Warga yang tinggal di daerah perbatasan itu berpendapat bahwa peluncuran selebaran itu dapat menempatkan mereka pada situasi yang sulit, yaitu risiko pembalasan dari pihak Korea Utara.

Setelah mengalami kebuntuan akibat dipantau oleh banyak polisi para aktivis, yang telah merencanakan untuk meluncurkan sekitar 50.000 selebaran, terpaksa mundur.

Meskipun Korea Utara mengakui bahwa acara peluncuran selebaran anti-Korut yang utama berhasil dibatalkan, pemerintah Korut tetap mencatat bahwa pemerintah Korea Selatan telah gagal dalam mencegah para aktivis berpindah ke tempat lain yang lebih jauh dari perbatasan untuk melepaskan satu balon berisi selebaran pada malam hari.

Perjanjian awal untuk melanjutkan dialog antar-Korea muncul ketika delegasi tingkat tinggi Korea Utara melakukan kunjungan mendadak ke Korea Selatan pada awal Oktober.

Pembicaraan tingkat tinggi itu terakhir kali diadakan pada Februari dan menghasilkan acara reuni keluarga-keluarga yang terpisah akibat Perang Korea.

sumber : antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement