REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Jenderal (Sekjen) PSSI, Joko Driyono mengatakan Komisi Disiplin (Komdis) PSSI akan segera melaksanakan sidang terkait sepak bola gajah yang terjadi dalam laga antara tuan rumah PSS Sleman dengan PSIS Semarang dalam lanjutan kompetisi delapan besar Divisi Utama di lapangan Sasana Krida Akademi Angkatan Udara (AAU) pada Ahad (26/10) lalu.
"Komdis PSSI akan melakukan sidang terkait hal itu (sepak bola gajah) pada Selasa (28/10) besok. Ini jelas mencederai spirit fair play," kata Joko kepada para pewarta saat ditemui di kantor PSSI, Senayan, Senin (27/10)
Seperti diketahui, laga antara PSS dan PSIS dikatakan sebagai sepak bola gajah dikarenakan lima gol yang tercipta pada pertandingan ini semuanya terjadi akibat gol bunuh diri. PSS Sleman lebih dulu melakukan dua gol bunuh diri. Setelah itu, giliran PSIS yang melakukan tiga gol bunuh diri sehingga kemenangan menjadi milik PSS dengan skor 3-2.
PSS dan PSIS sebenarnya sama-sama sudah memastikan diri melaju ke semifinal. Berkat kemenangan ini, PSS Sleman lolos ke semifinal dengan status juara grup dengan mengantongi 14 poin, sementara PSIS menjadi runner up dengan mengoleksi 11 poin.
Adanya lima gol yang tidak masuk akal ini ditenggarai berbagai pihak untuk memilih calon lawan di laga selanjutnya pada babak semifinal. Bahkan ada yang menyebut jika hal ini merupakan pengaturan skor yang berbuntut pada kepentingan bisnis.
Menanggapi hal ini, Joko mengatakan pihaknya tidak mau berspekulasi tentang masalah tersebut. Ia menyerahkan semuanya kepada komdis yang akan melakukan investigasi secara menyeluruh.
"Dalam sidang nanti akan dibahas semuanya, mulai dari bobot pelanggaran, kualitas permainan sampai hal terkecil sekalipun. Dari sana akan kami kaji lebih lanjut lagi langkah selanjutnya yang akan diambil," kata Joko menambahkan
Meskipun begitu, Joko pribadi berpendapat hal tersebut tidak lebih dari strategi suatu tim untuk memilih calon lawan yang menurut mereka lebih mudah untuk dikalahkan pada laga selanjutnya. Pria yang juga menjabat sebagai CEO PT Liga Indonesian itu mengatakan 'permainan' seperti itu bukanlah hal baru bagi pesepakbolaan di Indonesia
"Kasus ini mengingatkan saya pada Piala Tiger (sekarang AFF) beberapa tahun lalu. Saat itu Mursyid Effendi melakukan gol bunuh diri untuk menghindari Thailand dan ia pun akhirnya dihukum tidak boleh mengikuti laga internasional selamanya. Tentu ini melanggar sportifitas dan harus dihindari," ucap Joko.