REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Ketua Umum Persis Solo, Hadi Rudyatmo meminta kepada PSSI agar mengganti wasit yang "bermental tempe" dan jangan diturunkan memimpin suatu pertandingan jika menginginkan dunia sepak bola di Indonesia maju.
"Suatu olahraga itu gol akhir adalah untuk menciptakan suatu persahabatan dan bukan sebaliknya bermusuhan dan ini terjadi kebanyakan dipicu wasit yang tidak netral, seperti hal yang terjadi pada Persis Solo dalam mengikuti kompetisi ini," kata Rudyatmo yang juga menjabat Wali Kota Surakarta di Solo, Selasa (28/10).
Rudyatmo mengatakan saat ini Persis Solo sedang mencari keadilan kepada PSSI, karena beberapa kali dirugikan oleh tim lain dan dikerjai wasit. "Keadilan dalam sepak bola bagaimanapun harus ditegakkan," katanya.
Menurutnya, sanksi untuk Persis Solo beberapa hari terakhir ini bukti nyata sebagai upaya menggembosi Persis Solo. Kondisi seperti ini secara otomatis Persis akan kesulitan untuk naik tingkat ke Indonesia Super League (ISL).
Dikatakan Rudyatmo, sanksi larangan kegiatan sepak bola selama enam bulan yang dijatuhkan oleh Komisi Disiplin PSSI kepada Persis itu harus segera dihapus. Pasalnya titik permasalahan bukan dari tim dan juga pemain, akan tetapi itu semua dari wasit yang semua berasal dari PSSI.
Selain itu, kerusuhan yang mengakibatkan turunnya sanksi itu berada di luar lapangan oleh pihak supporter sehingga para pemain tidak seharusnya mendapatkan sanksi.
Pihaknya juga meminta PSSI harus melakukan pertandingan ulang antara Persis Solo dengan Martapura FC beberapa waktu lalu. Pasalnya sampai saat ini pertandingan belum dinyatakan berakhir dan masih menyisakan waktu tiga menit. Padahal waktu tiga menit itu sungguh berarti dan bisa membuat Persis Solo lolos ke semifinal.
"Pertandingan dihentikan dalam babak tambahan waktu tiga menit, dengan sekor 1-1, sisa waktu itu bisa membuat Persis Solo menang," kata Rudyatmo.