REPUBLIKA.CO.ID, TERNATE -- Warga Kota Ternate, Maluku Utara (Malut) meminta pemerintah kota setempat untuk menindak tegas penjual bakso yang menggunakan bahan baku campuran daging sapi dengan daging tikus.
"Sesuai hasil penelitian dari tim Universitas Khairun (Unkhair) Ternate terhadap sedikitnya 70 pedagang bakso di Malut, ditemukan ada tujuh pedagang bakso, tiga di antaranya di Kota Ternate yang menggunakan campuran daging sapi dengan daging tikus," kata salah seorang warga Ternate, Rahmat di Ternate, Selasa.
Perbuatan ketujuh pedagang bakso tersebut sangat merugikan konsumen, apalagi masyarakat Ternate yang mayoritas Muslim sesuai ketentuan agama diharamkan untuk memakan daging tikus. Oleh karena itu pemkot dan instansi terkait lainnya tidak boleh mendiamkannya.
Ia juga meminta kepada Pemkot Ternate dan instansi terkait lainnya di daerah ini untuk melakukan pengawasan secara ketat terhadap penjualan makanan, seperti bakso untuk mencegah adanya pedagang yang memanfaatkan bahan yang tidak sesuai dengan ketentuan agama dan kesehatan.
Dalam melakukan pengawasan itu hendaknya tidak hanya sebatas memantau atau melihat sepintas, tetapi harus disertai dengan penelitian secara ilmiah atas bahan baku yang digunakan agar bisa diperoleh data yang akurat.
Sebelumnya Wakil Rektor II Universitas Khairun Ternate Abdurrahman Koda mengatakan, tim dari Unkhair Ternate memang telah melakukan penelitian terhadap bakso yang dijual para pedagang bakso di sejumlah kabupaten/kota di Malut.
Dari sekitar 70 sampel bakso yang dijual pedagang bakso di Malut, ditemukan ada tujuh sampel yang positif mengandung daging tikus dan hasil telah diseminarkan dengan menghadirkan pihak Dinas Kesehatan dan Balai POM Ternate serta Majelis Ulama Indonesia Ternate.
Kepala Dinas Kesehatan Ternate Nurbaity Rajabesi mengakui telah menerima hasil penelitian dari Unkhair Ternate tersebut dan akan menjadikannya pertimbangan untuk melakukan langkah selanjutnya.