REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Sastrawan Remy Sylado meminta pemerintah baru di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo agar memperhatikan pendidikan dan pengajaran kebudayaan, khususnya kesusastraan di segala bidang.
"Agar hal-hal seperti aksi kekerasan dan tindak korupsi tidak terjadi karena terabaikannya penanganan kebudayaan," katanya ketika menghadiri deklarasi pendirian Dewantara Center di Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta, Selasa (28/10).
Remy mengungkapkan bahwa pidato pelantikan Presiden Joko Widodo banyak menyerukan program kerja keras untuk pembangunan Indonesia tanpa menyebutkan pembangunan kebudayaan.
"Kebudayaan Indonesia ke depan harus memperhatikan salah satu sumbu paling ampuh, yaitu kesusastraan," kata pemilik nama asli Yapi Panda Abdiel Tambayong tersebut.
Kesusastraan, kata Remy, mengapresiasi Bahasa Indonesia sebagai bahasa kebangsaan dan mengapresiasi pikiran-pikiran kritis dalam bingkai estetis dan kreatif atas imajinasi yang lahir dari realitas negeri.
"Langkahnya adalah dengan menata pendidikan dan pengajaran yang betul sekaligus modern atas pengertian tulen kebudayaan, yaitu menciptakan kebiasaan baca tulis," kata pria kelahiarn Makassar, Sulawesi Selatan, 12 Juli 1945 itu.
Remy juga mengingatkan agar bangsa Indonesia melaksanakan nasihat Ki Hajar Dewantara mengenai pendidikan kebudayaan nasional yang berharkat.
"Seperti yang tertuang dalam kalimat 'Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani'," katanya.