REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Peristiwa pada Selasa, 11 September 2001 masih lekat dalam ingatan warga Amerika Serikat, juga dunia. Serangan teror menghantam jantung kota New York, meruntuhkan menara kembar World Trade Centre (WTC). Setelah lebih dari 10 tahun berlalu, pada saat ini, toleransi warga Amerika justru membaik terhadap Islam.
“Peristiwa itu memang mengejutkan dunia, makanya, umat Muslim harus berbicara lantang, menegaskan bahwa perbuatan tersebut bukanlah perbuatan orang Muslim,” kata Utusan Khusus Menteri Luar Negeri Amerika negeri untuk Komunitas Islam Shaarik Zafar dalam wawancara ekslusif dengan //Republika// pada Rabu (29/10).
Teror, kata dia, bukanlah bagian dari ajaran Islam. Memang harus diakui, pascaperistiwa itu, masih ada sejumlah orang di Amerika yang tidak menyukai orang yang berbeda dari mereka. Bukan hanya terhadap Muslim, tapi juga terhadap Yahudi. Namun, hal tersebut dapat terjadi di mana saja, bukan di Amerika saja.
Di sisi lain, lanjut dia, ada sekelompok masyarakat antarumat beragama yang bahu membahu dalam melakukan bakti sosial atau membangun masjid atau mengentaskan kemiskinan.
“Ada pula dialog antaragama sambil santai minum teh,” tuturnya.
Kelompok seperti inilah yang mesti didukung dan diperbanyak. Sebab, kerja sama antar komunitas beragama memang penting untuk dikembangkan.