REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Suriah pada Kamis (30/10) menuduh Turki melakukan pelanggaran mencolok atas kedaulatannya saat Ankara mengizinkan pejuang Peshmerga Kurdi Irak dan pemberontak lawan menyeberangi perbatasan untuk bertempur dengan pejihad (ISIS).
"Sekali lagi, Turki menunjukkan peran persekongkolannya dengan membolehkan pasukan dan kelompok teroris asing masuk Suriah," kata pernyataan kementerian luar negeri, yang dilaporkan televisi negara.
"Itu pelanggaran mencolok terhadap kedaulatan Suriah," katanya.
Petempur Peshmerga menyeberang ke kota perbatasan Suriah, Kobane, pada Kamis untuk memperkuat Kurdi mempertahankan kota itu dari kelompok Negara Islam.
Mereka mengikuti sekelompok pejuang dari pemberontak Tentara Pembebasan Suriah (FSA), yang masuk pada hari sebelumnya.
"Suriah mengecam dan menolak perilaku memalukan pemerintah Turki dan anteknya itu, yang bertanggung jawab atas kemelut Suriah sejak awal," kata pernyataan itu, mengacu pada tekanan Amerika Serikat untuk memberi jalan kepada Peshmerga dan pemberontak.
Pemerintah Presiden Bashar Assad menyalahkan Ankara -mantan sekutunya- dan Washington serta negara Teluk atas perang itu, yang melanda Suriah lebih dari tiga tahun.
Pejuang Kurdi Irak diperkirakan membawa senjata anti-kendaraan lapis baja ketika memasuki Kobane pada Rabu untuk membantu sesama Kurdi melawan Negara Islam, kata pejabat Kurdi Suriah.
Saleh Muslim, ketua bersama Partai Persatuan Demokrat Kurdi Suriah (PYD), menyatakan pejuang Peshmerga diperkirakan masuk Kobani -dikenal sebagai Ayn al-Arab dalam bahasa Arab- pada Rabu malam.
"Mereka seharusnya membawa, terutama, senjata anti-kendaraan lapis baja, anti-tank," katanya.
"Tentu saja, lebih dari itu, mereka memiliki beberapa senjata lain untuk membela diri. Tapi, sebagian besar berupa senjata berat atau anti-kendaraan lapis baja, senjata anti-tank," katanya.
Ia menyatakan senjata itu harus membantu pejuang Kurdi Suriah, kelompok bersenjata YPG, yang melawan pejuang IS, yang menggunakan kendaraan lapis baja dan tank dalam serangan mereka di kota.
"YPG hanya membela. Mereka bisa melakukannya. Tapi, kendaraan lapis baja dan tank membuat masalah bagi mereka. Pasukan YPG tidak bisa melakukannya dengan senjata mereka. Jadi, mereka sekarang perlu memberikan dukungan," katanya.