REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Menteri Luar Negeri Retno Lestari Priansari mengatakan cara efektif menangkal penyebaran gerakan Islamic State of Irak and Syam (ISIS) bukan hanya dengan hard power melainkan juga harus melakukan pendekatan diplomasi atau soft power.
Hal tersebut diutarakannya dalam Seminar Internasional Bertajuk Konflik dan Proses Demokratisasi di Timur Tengah yang diselenggarakan International Conference of Islam Schoolars (ICIS) di Pesantren Mahasiswa Al-Hikam Depok pada Kamis (30/10).
"Soft power ini salah satunya dengan menebarkan semangat Islam Indonesia yang damai," ujar Menlu Retno Lestari Priansari di hadapan ratusan ulama di Depok, Jawa Barat, Kamis (30/10).
Dikatakannya, gerakan baru ISIS menuai waspada dari seluruh negara di dunia, termasuk Indonesia. Propaganda dan gerakannya berhasil menarik pejuang dari berbagai negara.
Makanya, menlu berterima kasih kepada masyarakat Islam Indonesia. Sebab pergerakannya menunjukkan Islam yang cinta damai, yang seharusnya disuarakan dan dilihat oleh masyarakat dunia.
Ia menambahkan, pemerintah Indonesia secara aktif telah berupaya menghentikan serangan Israel di Gaza dan otomatis mendukung perdamaian antara kedua negara konflik tersebut.
"Buktinya, kita telah menyusun 128 proker peningkatan kapasitas pendukung perdamaian di Palestina," tutur menlu menjelaskan.
Sementara itu, mantan Menlu Hasan Wirayuda menyebut, terciptanya Islam yang damai di Indonesia disebabkan terbukanya dialog antarmasyarakat di bawah naungan sistem demokrasi.
"Demokrasi adalah proses yang berkelanjutan, membahas masalah orang banyak," tuturnya. Maka, musyawarah dan dialog adalah nama lain dari demokratisasi itu sendiri.