REPUBLIKA.CO.ID, BURKINA FASO -- Presiden Burkina Fasi Blaise Compaore akhirnya mengumumkan pengunduran dirinya setelah sempat menolak mundur, Jumat (31/10). Ia mengundurkan diri pasca-kekerasan dalam aksi protes penolakan perpanjangan kekuasaannya selama 27 tahun.
Compaore membuat pernyataan bahwa posisi Presiden sekarang telah kosong. Ia juga mendesak pemilihan umum dalam 90 hari.
"Dalam rangka menjaga demokrasi dan perdamaian sosial, saya menyatakan kekosongan kekuasaan untuk memungkinkan pembentukan pemerintah transisi menuju pemilu yang bebas dan adil dalam waktu maksimal 90 hari," kata dia dalam siaran televisi.
Kepala militer Gen Honore Traore mengatakan telah mengambil alih kekuasaan sementara. Namun masih belum jelas apa Honore didukung semua militer.
"Bagi saya, saya telah memenuhi kewajiban saya," kata Compaore.
Saat ini keberadaan Compaore masih belum jelas. Namun, laporan media mengatakan konvoi bersenjata diyakini membawa Compaore pergi menuju kota selatan Po, dekat perbatasan dengan Ghana.
"Blaise Compaore telah pergi, dia melarikan diri dan kami senang," kata Sam, salah satu pengunjuk rasa.
Masyarakat bergembira dan menari-nari di ibu kota Ouagadougou setelah pengumuman tersebut.
Compaore sebelumnya bersumpah untuk tetap berkuasa sampai pemerintahan transisi menyelesaikan pekerjaannya pada 2015. Namun, oposisi menuntutnya segera mengundurkan diri.
Setelah Compaore mengundurkan diri, Diabre menyatakan kelegaannya. "Kami semua lega dan senang, ini adalah keinginan kami sejak lama. Kita perlu menghidupkan kembali konstitusi," kata dia pada BBC.