REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Para nelayan tradisional di Kabupaten Indramayu berharap agar pemerintah membantu mereka beralih dari alat tangkap ikan ke alat tangkap rajungan. Pasalnya, rajungan dinilai memiliki harga jual lebih mahal dibandingkan ikan.
''Rajungan sekarang ini pemasarannya untuk ekspor ke luar negeri sehingga harganya lebih mahal,'' kata Ketua Serikat Nelayan Tradisional (SNT), Kajidin, Sabtu (1/11).
Kajidin menyebutkan, untuk rajungan mentah, dihargai sekitar Rp 50 ribu per kg dan rajungan matang kurang lebih Rp 90 ribu per kg. Sedangkan harga ikan, lebih rendah dari harga rajungan mentah.
''Dengan mencari dan menjual rajungan, akan dapat mengangkat kesejahteraan nelayan tradisional,'' tegas Kajidin.
Tak hanya itu, lanjut Kajidin, keberadaan rajungan di laut pun relatif selalu ada. Hal tersebut berbeda dengan ikan, yang terkadang susah dicari di musim-musim tertentu.
Namun, kata Kajidin, para nelayan tradisional di Kabupaten Indramayu saat ini rata-rata hanya memiliki alat tangkap ikan. Mereka tidak bisa beralih pada alat tangkap rajungan karena terkendala mahalnya harga alat tangkap rajungan atau yang juga dikenal dengan istilah bubu.
Kajidin menjelaskan, harga alat tangkap rajungan sekitar Rp 100 juta per unit. Menurutnya, para nelayan tradisional tidak memiliki kemampuan modal untuk membelinya.
''Mau pinjam uang ke bank, kami tidak punya barang yang menjadi jaminan,'' keluh Kajidin.
Kajidin menyebutkan, saat ini ada sekitar 60 - 70 persen nelayan tradisional Kabupaten Indramayu yang ingin beralih pada alat tangkap rajungan. Mereka berharap, pemerintah mau membantu mereka untuk alih alat tangkap dari ikan ke rajungan.
''Untuk nelayan yang punya modal, mereka sudah beralih pada alat tangkap rajungan. Sedangkan nelayan tradisional yang tidak punya modal, cuma bisa nonton,'' tutur Kajidin.