REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Milisi-milisi Negara Islam (IS) atau ISIS membunuh 322 anggota sebuah suku di Irak di provinsi barat Anbar, termasuk puluhan perempuan dan anak-anak yang jenazahnya dibuang begitu saja, kata pemerintah.
Pernyataan itu merupakan pembenaran pertama kalinya yang dikeluarkan pemerintah mengenai pembantaian massal tersebut.
Pembunuhan sistematis, yang dikatakan seorang kepala suku terus berlangsung pada Ahad (2/11), menandai pertumpahan darah terburuk di Irak sejak milisi-milisi Sunni menyapu wilayah utara pada Juni dengan tujuan membentuk kekhalifahan abad pertengahan di Irak serta Suriah.
Suku Albu Nimr, yang juga merupakan kalangan Sunni, berminggu-minggu melakukan perlawanan terhadap Negara Islam namun akhirnya mengalami kekurangan amunisi, makanan serta bahan bakar pekan lalu ketika para petempur Negara Islam menguasai desa mereka, Zauiyat Albu Nimr.
"Jumlah warga yang terbunuh oleh Negara Islam dari suku Albu Nimr mencapai 322 orang. Jenazah 50 perempuan dan anak-anak juga ditemukan dalam keadaan dibuang begitu saja," kata Kementerian Hak-hak Asasi Manusia Irak, Ahad.
Salah satu kepala suku, Sheikh Naeem al-Ga'oud, mengatakan kepada Reuters bahwa ia telah berulang kali meminta pemerintah pusat dan tentara untuk menyediakan senjata bagi para anggotanya namun permintaan itu tidak diindahkan.
Televisi pemerintah mengatakan, Perdana Menteri Haider al-Abadi telah memerintahkan dilakukannya serangan udara terhadap target-target Negara Islam di sekitar kota Hit sebagai reaksi atas pembunuhan tersebut.