Selasa 04 Nov 2014 15:54 WIB

Dua Tunasusila yang Dimutilasi Berasal dari Indonesia

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Winda Destiana Putri
Ilustrasi pembunuhan.
Foto: IST
Ilustrasi pembunuhan.

REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG -- Dua wanita tunasusila yang dibunuh warga negara Inggris, Rurik Jutting berasal dari Indonesia.

Mereka adalah Sumatra Ningsih dan Jesse Lorena. Dikutip Daily Mail Selasa (4/11), mereka terbang ke Hong Kong sekitar sebulan lalu untuk mencari penghidupan yang lebih baik.

Jenasah Ningsih dan Lorena ditemukan terpotong-potong di apartemen Jutting pada Sabtu pagi. Tubuh Ningsih yang dimutilasi disimpan di dalam koper dan telah membusuk. Sementara Lorena tewas karena lehernya digorok Jutting.

Ningsih berasal dari Cilacap dan pergi sebulan lalu ke Hong Kong. Sementara Lorena, dipercaya sudah tinggal lama di Hong Kong sebagai pembantu. Ia berencana pulang kampung secepatnya dan membangun rumah di sana.

Dikabarkan nama asli Lorena adalah Seneng Mujiasih dan berasal dari Sulawesi. Lorena bercerita pada teman-temannya bahwa ia mendapat banyak uang di Hong Kong sehingga bisa membangun rumah untuk dirinya dan keluarga di Indonesia.

Beberapa jam sebelum pembunuhannya. Lorena mengatakan pada temannya akan pergi ke pesta Halloween.

"Aku akan bersenang-senang," katanya. DJ asal Belanda, Robert Van Den Bosch yang telah lama mengenal Lorena mengatakan ia mendengar Lorena berbicara pada dua temannya di luar klub malam di distrik hiburan Wan Chai sekitar pukul 8.45 malam waktu setempat.

"Aku akan bersenang-senang. Aku akan pergi ke pesta Halloween. Itu adalah kata terakhirnya, dua kata itu terus terngiang di kepalaku," kata Bosch. Lorena sebenarnya berasal dari Filipina.

Ia telah tinggal selama delapan tahun di Hong Kong setelah pindah dari Jawa. Lorena sering terlihat di toko dan klub malam distrik hiburan. Namun Bosch menyangkal keterangan Lorena adalah seorang pekerja tuna susila.

Menurutnya, Lorena hanya pembantu domestik dan bekerja untuk mengirim uang ke keluarganya di Indonesia. "Rumah yang dibangunnya baru saja selesai. Ia berkata akan segera meninggalkan Hong Kong dan pulang ke Indonesia untuk menikmati jerih payahnya," kata dia.

Sementara, jenasah Ningsih ditemukan delapan jam setelah polisi melakukan penyelidikan di apartemen Jutting. Polisi melihat sebuah koper di balkon apartemen dengan dua kaki menjulur dari dalamnya.

Kemudian polisi menemukan jasad terpotong Ningsing dalam keadaan telanjang. Berdasarkan juru bicara Kepala Penempatan Pengembangan dan Produktivitas, mereka telah menghubungi perusahaan yang mengirim Ningsih bekerja ke Hong Kong. Mereka mengatakan sedang berusaha menghubungi keluarganya.

Rurik Jutting diketahui menyewa jasa prostitusi selama semalam seharga 200 Poundsterling atau sekitar 4 juta Rupiah dari distrik hiburan Wan Chai. Jaraknya hanya dua blok dari apartemennya.

Di distrik ini, ratusan bar dan klub banyak mempekerjakan pekerja seks komersial dari Asia Tenggara. Di Hong Kong, prostitusi adalah legal. Namun banyak wanita yang bekerja paruh waktu melakukannya dengan cara ilegal, seperti menggunakan dengan visa turis, termasuk Ningsih.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement