Selasa 04 Nov 2014 19:27 WIB

Cegah Radikalisme, Nasaruddin Umar: Tapi Anggaran Pembinaan Umat Minim

Rep: c60/ Red: Agung Sasongko
 Sejumlah santri di Ponpes Lirboyo Kediri menjalani pemantapan dakwah Allussunah Wal Jamaah (Aswaja) untuk menangkal penyebaran paham radikalisme Islam.
Foto: Antara/Arief Priyono
Sejumlah santri di Ponpes Lirboyo Kediri menjalani pemantapan dakwah Allussunah Wal Jamaah (Aswaja) untuk menangkal penyebaran paham radikalisme Islam.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA –- Mantan Wakil Menteri Agama, Prof. Nasaruddin Umar menyatakan, timbulnya gerakan radikal dalam kehidupan beragama dikarenakan kurangnya pembinaan. Ini terjadi, akibat minimnya anggaran yang dialokasikan untuk kegiatan tersebut.

Nasaruddin menjelaskan dari 100 persen anggaran yang diperoleh Kemenag setiap tahunnya, hampir 80 persen anggaran dialokasikan di bawah pendidikan Islam. “Yang banyak untuk mengaji guru madrasah,” kata dia.

Setiap tahunnya, kata dia, Kemenag mendapatkan angaran sekitar 30 hingga 40 Triliun. Sayangnya, anggaran yang diperuntukkan kepada pembinaan umat hanya sekitar 0.5 persen. “Pernah sampai 0.5 persen. Hingga penyuluh kerukunan umat hanya mendapat 250 ribu,” ujar Nasarudin.

Selama ini, permohonan penambahan anggaran untuk pembinaan umat selalu terkendala di persetujuan DPR. Pengajuan penambahan anggaran selalu kandas di persetujuan DPR. “Dulu minta tambahan anggaran ke DPR, tapi tidak bisa karena alasan anggarannya terbatas,” ujar dia.

Dia menekankan, penambahan anggaran dalam rangka memperkuat pembinaan keagamaan penting untuk mengurangi bahaya radikalisasi agama yang kerap terjadi belakangan ini.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement