REPUBLIKA.CO.ID, Ternyata Hisyam tersinggung dengan tingkah Thawus yang dinilainya kurang sopan dan tidak hormat. Apalagi dilakukan Thawus di hadapan para pejabat dan pengawalnya.
Namun, Hisyam menahan amarahnya dan berkata, “Mengapa Anda berbuat seperti itu wahai Thawus? Melepas sepatu di tepi permadaniku, Anda tidak memberi salam kehormatan, Anda hanya memanggil namaku tanpa gelar lalu duduk sebelum dipersilakan.”
Thawus menjelaskan, “Tentang melepas sepatu, saya melepasnya lima kali sehari di hadapan Allah Yang Maha Esa, maka hendaknya Anda tidak marah atau gusar. Masalah saya tidak memberi salam tanpa menyebutkan gelar, itu karena tidak seluruh Muslimin membaiat Anda.
Oleh karena itu, saya takut dikatakan sebagai pembohong apabila memanggil Anda dengan Amirul Mukminin. Anda tidak rela saya menyebut nama Anda tanpa gelar kebesaran? Padahal, Allah memanggil nabi-nabi-Nya dengan nama-nama mereka, 'wahai Daud, wahai Yahya, wahai Musa, wahai Isa.' Sebaliknya menyebut musuhnya dengan menyertakan gelar.
Adapun mengapa saya duduk sebelum dipersilakan, ini karena saya mendengar Ali bin Abi Thalib berkata, 'Bila engkau hendak melihat seorang ahli neraka, maka lihatlah pada seorang yang duduk sedangkan orang-orang di sekelilingnya berdiri.' Saya tidak suka Anda menjadi ahli neraka.”
Amirul Mukminin Hisyam mendengar penjelasan yang disampaikan Thawus dengan serius. Ia kemudian meminta Thawus memberinya nasihat.
Thawus bertutur, ia pernah mendengar Ali bin Abi Thalib berkata, “Dalam Jahanam terdapat ular-ular sebesar pilar dan kalajengking sebesar kuda. Mereka menggigit dan menyengat setiap penguasa yang tak berlaku adil terhadap rakyatnya.” Lalu Thawus berdiri dan pergi.
Sosok yang berintegritas ini wafat pada malam 10 Dzulhijah 106 H. Ia wafat dalam perjalanannya dari Arafah menuju Muzdalifah di usianya yang lebih dari satu abad.