REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Ukraina mempersenjatai kembali dan mengerahkan satuan-satuan yang baru dibentuk untuk melindungi kota-kota di bagian timur negara itu dari ancaman-ancaman pemberontak pro Rusia yang berniat merebut lagi wilayah, kata Presiden Petro Poroshenko Selasa (4/11).
Dalam sidang yang diikuti para kepala keamanan di Kiev, ibu kota Ukraina, Presiden Poroshenko mengatakan dia tidak meninggalkan satu persetujuan yang dibuat September untuk mengakhiri konflik tujuh bulan. PBB menyatakan lebih 4.000 orang telah meninggal akibat konflik tersebut.
"Ukraina masih pendukung kuat rencana perdamaian," kata Poroshenko.
Namun, ia mengatakan militer Ukraina siap memukul tiap usaha separatis untuk melancarkan ofensif baru seperti yang mereka ancam secara berulang-ulang.
Tentara sudah siaga untuk mempertahankan kota-kota yang dikuasai pemerintah dari Mariupol di Laut Hitam ke Kharkiv di timurlaut, dekat Rusia, katanya.
"Kami berkewajiban sebagai negara Ukraina tidak mengizinkan meluasnya kanker ini, guna menjamin blokade wilayah ini," kata dia kepada Dewan Pertahanan dan Keamanan Nasional.
Ukraina memiliki jumlah tentara relatif kecil. Mereka bertempur selama lebih setengah tahun berhadapan dengan para pemberontak yang senjatanya dikatakan oleh pemerintah-pemerintah Barat dipasok dan didukung tentara reguler Rusia.
Kepala NATO Jens Stoltenberg mengatakan Selasa di Brussel bahwa Rusia terus mempersenjatai, melatih dan mendukung pemberontak, dengan pasukan khusus di dalam wilayah Ukraina dan tambahan tentara lagi dideteksi di sepanjang perbatasan.
Tetapi Ukraina akan "siaga untuk mengambil langkah-langkah menentukan jika terjadi skenario negatif," kata Poroshenko.
"Hari ini beberapa satuan dan kelompok baru telah dibentuk, yang memungkinkan kita menghentikan kemungkinan ada serangan," kata dia. "Pemasokan pasukan bersenjata kami dengan teknologi paling mutakhir -- ofensif, pengintaian dan sistem terkendali -- terus makin efektif."
Pertemuan dengan para kepala keamanan di Kiev diadakan setelah para pemberontak menyelenggarakan pemilihan kepemimpinan yang disetujui Rusia, tetapi dikutuk oleh Ukraina, Amerika Serikat, kekuatan-kekuatan Uni Eropa dan kepala PBB.
Di dua kantung pemberontak di timur, berpusat di kota Donetsk dan Lugansk, para pemimpin dukungan Kremlin menyelenggarakan upacara-upacara pelantikan pasca pemilihan Selasa.