REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia telah merayakan dan melewati pesta demokrasi, para pemimpin yang diharapkan pun telah terpilih. Namun, fenomena yang terjadi sekarang menggambarkan kerinduan bangsa ini akan keteladanan kepemimpinan.
Kericuhan dan ketidakpercayaan di meja pemerintahan sana, membuktikan kehilangan pemimpin yang menjadi teladan. Ke manakah para pemimpin teladan bangsa ini?
Bukan satu melainkan ribuan juta orang menantikan kepemimpinan yang menjadi teladan mereka. Kepemimpinan yang memperhatikan, mengayomi, adil dan dapat dipercaya. Namun, yang terlihat saat ini laiknya tanaman yang belum tumbuh namun sudah layu duluan.
Ketua umum Ikatan Dai Indonesia (IKADI) Prof Dr KH Ahmad Satori Ismail mengungkapkan, pada dasarnya setiap manusia yang diciptakan merupakan seorang pemimpin. Seperti halnya, suami pemimpin bagi keluarga dan istri pemimpin bagi anak-anaknya.
"Namun, memang benar arti kepemimpinan berbeda-beda, tergantung pada porsinya masing-masing," ungkap doktor dari Universitas Madinah, Arab Saudi ini menerangkan, Selasa (4/11).
"Para anggota DPR, MPR, maupun Menteri merupakan porsi pemimpin pula. DPR memimpin tugas ke DPR-annya, begitu pun MPR dan Menteri adalah pemimpin dari kementeriannya," lanjutnya.
Namun, terkadang yang sering dilupakan adalah semakin besar porsi kepemimpinannya, semakin besar pula tanggung jawabnya dan seharusnya semakin tinggi pula kriteria yang harus ada dalam dirinya.
Fenomena yang terlihat saat ini, ungkap Satori, merupakan gambaran apakah kwalitas diri para pemimpin saat ini sudah sesuai dengan porsinya.
Menurutnya, pemimpin yang terpilih pasti dipercayakan untuk posisi itu kepadanya. Jadi, yang harus dilakukan para pemimpin yang terpilih adalah jangan mengecewakan dan mengkhianati yang memilih mereka, tepati janji-janjinya dan adil-seadilnya yang sesuai dengan tempatnya.