REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Ida Bagus Putu Dunia membantah penyergapan tiga pesawat asing yang melanggar wilayah kedaulatan Indonesia oleh jet tempur Sukhoi TNI AU ada aspek politik, tetapi hal itu adalah tugas profesional TNI AU.
"Tidak ada aspek politik, itu kebentulan aja. Tapi ini tugas profesional TNI AU dalam menjaga kedaulatan udara NKRI," kata KSAU di sela-sela kunjungan salah satu stand Pameran Industri Pertahanan 'Indo Defence Expo dan Forum 2014' di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Rabu.
KSAU memaparkan alasan penyergapan pesawat asing tiga kali oleh pesawat Sukhoi itu lantaran pesawat Sukhoi tengah melakukan operasi.
"Karena yang dikejar pesawat cepat, maka hanya Sukhoi yang bisa," tuturnya.
Seperti diketahui, dalam dua pekan terakhir, tercatat sebuah pesawat Australia dipaksa mendarat di Manado. Selanjutnya Sukhoi beraksi di atas Natuna. Mereka menyergap pesawat latih berbendera Singapura, pesawat itu dipaksa mendarat di Pontianak.
Terakhir, giliran pesawat jet pribadi milik Saudi Arabia Airlines disergap di sekitar Kupang. Pesawat jenis Gulfstream IV dengan Nomor HZ-103 berangkat dari Singapura menuju Darwin Australia sebelum menuju tujuan akhir Brisbane tersebut sempat mencoba melarikan diri.
Dengan cepat 2 pesawat Sukhoi Su-30 MK2 dengan 'call sign Thunder Flight' disiapkan dengan bahan bakar penuh dan amunisi lengkap, termasuk rudal udara ke udara canggih R-73 Archer untuk menyergap sasaran.
Thunder Flight terdiri dari 2 Su-30 yang dipiloti Letkol Pnb Vincent/Mayor Pnb Wanda dan Letkol Pnb Tamboto/ Mayor Pnb Ali dalam waktu singkat melaksanakan 'Scramble dan Take Off' tepat saat pesawat asing melintas meninggalkan wilayah udara Kalimantan menuju selatan Makassar.
Pesawat Gulfstream yang terbang tinggi pada ketinggian 41 ribu kaki nampaknya mengetahui jika dikejar dan meningkatkan kecepatan semula dari kecepatan jelajah 0.74 Mach (700 kmpj) menjadi 0.85 Mach (920 kmpj). Namun Sukhoi mengejar dengan kecepatan suara yaitu antara 1.3 - 1.55 Mach (1400- 1700 kmpj).
Thunder Flight melaksanakan pengejaran sampai melewati Eltari, Kupang dan berhasil mendekati pesawat tersebut dan dapat melaksanakan komunikasi dengan radio di sekitar 85 Nm atau 150 km dari Kupang serta sudah mendekati perbatasan wilayah udara Timor Leste.
Kapuspen TNI Mayjen TNI Fuad Basya mengatakan bahwa saat ini pesawat Gulfstream IV, ditahan di Apron Lanud Eltari untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
"Hasil pemeriksaan sementara pesawat diawaki oleh Capten Pilot Waleed Abdulaziz M. dengan total crew 6 orang dan penumpang 7 orang. Pemeriksaan dan penyidikan oleh personel TNI AU serta PPNS Perhubungan Udara akan dilaksanakan sesuai amanat UU Penerbangan tentang tindakan hukum pada pesawat pelanggar wilayah udara Indonesia," tegas Kapuspen TNI.