Kamis 06 Nov 2014 09:40 WIB

Percepat Penutupan Guantanamo, Obama Bebaskan Lebih Banyak Tahanan

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Hazliansyah
Suasana penjagaan yang super ketat di pusat penahanan militer AS di Teluk Guantanamo, Kuba (Foto: dok). Pemerintah AS mengungkap identitas 55 tahanan yang siap dibebaskan dari penjara ini, Jumat (21/9).
Foto: AP
Suasana penjagaan yang super ketat di pusat penahanan militer AS di Teluk Guantanamo, Kuba (Foto: dok). Pemerintah AS mengungkap identitas 55 tahanan yang siap dibebaskan dari penjara ini, Jumat (21/9).

REPUBLIKA.CO.ID, GUANTANAMO -- Amerika Serikat akan membebaskan lebih banyak tahanan dari Guantanamo, Kuba. Pejabat pertahanan AS mengatakan lebih dari selusin tahanan Guantanamo akan dibebaskan pascajanji Presiden Barack Obama menutup penjara militer kontroversial ini. 

Pada hari yang sama, departemen pertahanan memulangkan dua tahanan asal Kuwait. Sehingga jumlah tahanan di penjara basis perairan AS di Kuba itu jadi 148 orang. Salah satu tahanan asal Kuwait tersebut yaitu Fawzi Al Odah (37 tahun).

Letnan Kolonel Myles Caggins mengatakan, Al Odah telah ditahan selama hampir 13 tahun. Ia dipulangkan dengan pesawat pemerintah Kuwait pada pukul 5.30 pagi waktu setempat. Ia akan ditransfer ke pusat rehabilitasi di Kuwait yang dibangun untuk mantan tahanan Guantanamo.

Al Odah adalah tahanan pertama yang dibebaskan sejak Mei lalu, setelah tahanan Taliban yang ditukar dengan tentara AS sersan Bowe Bergahl. Ada 79 tahanan lain yang sedang menunggu pembebasannya pasca persetujuan dari komite khusus.

Namun mengirim mereka pulang menjadi sulit karena usaha Obama digagalkan oleh masalah domestik dan internasional. Pemerintahnya mengatakan pada Rabu, akan mempercepat pembebasan tahanan bulan-bulan ke depan.

''Departemen Pertahanan berharap bisa mentransfer lebih banyak tahanan ke negara Amerika Selatan dan Eropa dalam dua bulan ke depan selama musim dingin,'' kata pejabat Pentagon pada AFP. 

Pejabat yang tidak ingin disebutkan namanya itu mengatakan negara-negara tersebut telah setuju menerima sekitar 20 tahanan Guantanamo.

Enam tahanan akan dikirim ke Uruguay namun pengiriman mereka terkendala masalah politik di sana. Sementara, Yaman yang merupakan negara dengan jumlah tahanan pra pembebasan paling banyak masih mengalami situasi sulit. Sehingga AS harus mencari tujuan alternatif.

''Penutupan Guantanamo adalah prioritas departemen pertahanan,'' kata Caggins pada AFP.

Menurutnya, departemen pertahanan telah bekerja keras untuk memindahkan para tahanan sehingga penutupan bisa dipercepat.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement