Kamis 06 Nov 2014 15:25 WIB

Menlu Yordania Sebut Kedamaian di Palestina Harus Dikembalikan

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Julkifli Marbun
Komplek Masjidil Aqsa
Komplek Masjidil Aqsa

REPUBLIKA.CO.ID, AMMAN -- Yordania menarik duta besarnya, Walid Obeidat dari Israel sebagai bentuk protes kekerasan yang dilakukan negara yang dipimpin Benjamin Netanyahu tersebut, Rabu (5/11). Penarikan duta besar tersebut adalah pertama kalinya sejak Yordania berdamai dengan Israel pada 2004.

Yordania menarik Obeidat karena marah dengan tindakan Israel di situs suci dan Yerusalem secara keseluruhan. Menteri Luar Negeri Nasser Judeh mengatakan penarikan duta besar adalah indikasi keseriusan mereka.

"Kedamaian harus dikembalikan, Israel harus menghormati kesucian situs," kata Judeh di Paris, dikutip Jerussalem Post.

Menurutnya, pemerintah Yordania mengambil keputusan tersebut setelah apa yang mereka lihat di kompleks mesjid Al Aqsa tak hanya dalam 24 jam terakhir namun periode-periode sebelumnya. Ia juga mengaku telah mengirimkan surat berulang-ulang ke Israel secara langsung maupun tidak langsung bahwa Yerusalem sedang dalam zona merah.

"Maksudnya, di Yerusalem terus terjadi kekerasan dan pelanggaran," kata dia. Juder memperingatkan bahwa tindakan mereka akan memicu protes dari 1,5 milyar Muslim di seluruh dunia. Berdasarkan kantor berita Yordania, Petra Judeh memberikan dokumen berisi tindakan provokasi Israel yang melanggar hukum internasional pada Menteri Luar Negeri AS John Kerry ketika bertemu di Paris.

"Kita percaya bahwa perdamaian antara Israel dan Yordania adalah inti stabilitas di wilayah tersebut. Kami berhubungan dengan keduanya dan berharap semua partai akan menurunkan ketegangan," kata Kerry di Paris. Di Yerusalem, juru bicara kementerian luar negeri Israel Emmanuel Nahshon mendesak Amman untuk menahan duta besarnya di Israel.

"Kami menyesalkan keputusan Yordania. Ini tidak akan meredakan situasi, malah sebaliknya," kata Nahshon. Yordan memberikan pernyataan penarikan duta besar setelah Israel menutup situs suci untuk jemaah Muslim selama 15 menit pada Rabu pagi karena tuduhan memicu kekerasan di mesjid Al Aqsa. Seorang pejabat Israel mengatakan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu sedang berusaha meredakan situasi.

Juru bicara pemerintah Yordania, Mohammad al Momani mengatakan pasukan keamanan Israel menduduki mesjid utama pada Rabu.

"Ini merupakan ekskalasi berbahaya," katanya. Saksi mata mengatakan pada Reuters  bahwa pasukan keamanan Israel telah melempar granat ke dalam mesjid ketika bentrok dengan orang Palestina.

Momani mengatakan Yordania berencana melayangkan protes tentang aksi Israel di Yerussalem pada dewan keamanan PBB.

"Penarikan duta besar ini sebagai bentuk protes karena pembangunan permukiman dan semua langkah Israel untuk mengubah status quo," kata dia.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement