Kamis 06 Nov 2014 18:02 WIB

Aliran Kepercayaan: Selama Ini Kami Dibuddhakan dan Dikonghucukan

Rep: Ira Sasmita/ Red: Bilal Ramadhan
Seorang pegawai Kelurahan menunjukan e-KTP yang sudah jadi di Kelurahan Gondangdia, Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat.
Foto: Antara/Zabur Karuru
Seorang pegawai Kelurahan menunjukan e-KTP yang sudah jadi di Kelurahan Gondangdia, Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Menteri Dalam Negeri (Mendagri), Tjahjo Kumolo mengatakan kolom agama dalam KTP elektronik atau e-KTP boleh dikosongkan. Perwakilan Komunitas Adat Karuhun Sunda Wiwitan, Dewi Kanti mengatakan, keseriusan pemerintah dalam melayani hak warga negara selama ini masih kurang.

Meski aliran kepercayaan bisa dikosongkan, praktiknya, saat pencatatan pemerintah memaksakan pencantuman agama di kolom utama. "Kami (Sunda Wiwitan) dibuddhakan, dikonghucukan. Diubah menjadi agama lain," kata Dewi.

Sementara itu, Direktur Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kemendagri, Irman, mengatakan sudah membahas pencantuman aliran kepercayaan dalam kolom E-KTP dengan Majelis Ulama Indonesia, Nahdlatul Ulama, dan dewan Pertimbangan Presiden.

Meski ada usulan agar dicantumkan, sebagian besar berpendapat agar tetap mengacu pada UU dan terbatas pada agama yang diakui negara.

"Kalau semua dibolehkan, nanti semua orang mengaku agama ini lalu minta dicantumkam. Makanya kami akan rapat kembali dengan Kementerian Agama, bagaimana supaya Pasal 24 Ayat 3 UU Kependudukan itu direvisi," kata Irman.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement