Jumat 07 Nov 2014 00:58 WIB

Kematian Pasien Ebola Dipengaruhi Gen?

Rep: Dwi Murdaningsih/ Red: Mansyur Faqih
Virus Ebola (ilustrasi).
Foto: Wikipedia.org
Virus Ebola (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Virus Ebola telah menewaskan lebih dari 4.900 orang dan menginfeksi lebih dari 13 ribu orang di seluruh dunia. 

Ada fakta unik bahwa beberapa orang terinfeksi virus Ebola meninggal dalam waktu singkat, namun bebarapa bisa pulih. Gejala yang bervariasi antara pasien Ebola membuat dokter menjadi bingung. 

Ternyata, peneliti menemukan, hal itu berhubungan dengan genetik. Untuk mempelajari hal itu, peneliti Universitas Washington meneliti tikus yang terinfeksi strain Ebola yang mewabah di dunia. 

Tim melihat adanya perbedaan dalam hal keparahan penyakit. Rupanya, ada tikus yang sembuh atau bahkan semakin parah ketika terkena virus ini. Perbedaan gejala itu diduga karena terkait genetik tikus. 

Ada gen yang bisa mengaktifkan sistem kekebalan tubuh dan memperbaiki kerusakan pembuluh darah. Temuan yang dipublikasikan dalam jurnal Science itu melaporkan, 70 persen tikus menunjukkan gejala yang parah. 

Lebih dari separuh tikus percobaan mati karena masalah di darah dan hati. Gejala ini mirip dengan pendarahan yang umumnya terjadi pada manusia. 

Pada tikus yang mati memiliki dua gen yang lemah. Hal ini menyebabkan pembuluh darah tikus menjadi bocor saat sel darah putih melawan infeksi. 

Perlawanan dari sel darah putih itu menyebabkan adanya inflamasi yang berlebihan. Sehingga menyebabkan kematian sel dan organ menjadi tubuh hancur. 

Tim juga mengamati, meski pun semua tikus kehilangan berat badan pada beberapa hari pertama setelah terinfeksi virus Ebola, sebanyak 19 persennya pulih penuh. Tikus yang selamat itu menunjukkan peningkatan aktivitas pada dua gen yang diidentifikasi ini. 

Gen itu bertanggung jawab memproduksi sel drah putih dan memperbaiki kerusakan pembuluh darah. Hasil penelitian ini menunjukkan, latar belakang genetik dari individu yang terinfeski berperan penting untuk menentukan seberapa serius Ebola akan menggerogoti tubuh mereka. 

Para peneliti melaporkan, apa yang terjadi pada tikus tersebut mencerminkan cara yang berbeda tergantung gen. Bukan tidak mungkin orang yang memiliki gen ini bisa kebal terhadap virus.

Para peneliti kini sedang meneliti lebih lanjut mengenai gen yang menetukan kerentanan virus pada tikus dan membandingkannya dnegan jaringan tubuh pasien Ebola.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement