REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Perwira tinggi militer Amerika Serikat Jenderal Martin Dempsey mengakui laporan terbaru mengkritik jumlah korban sipil, yang tewas akibat serangan 50 hari Israel ke Gaza.
Namun ia membela Israel dengan mengatakan, hal itu dilakukan tentara Israel untuk menghindari jatuhnya korban sipil di negaranya.
Dilansir dari Aljazirah, Jumat (7/11) Israel selama ini dikritik karena serangannya ke Gaza telah menewaskan lebih dari 2.100 warga Palestina. Sebagian besar merupakan warga sipil, dan banyak diantara mereka adalah anak-anak.
Laporan Pengawas Hak Asasi Manusia pada September lalu menuduh Israel melakukan kejahatan perang, dengan menyerang tiga sekolah yang dikelola PBB di wilayah Gaza. Sementara Amnesti Internasional mengatakan, sebuah laporan yang dirilis Rabu (5/11) menunjukkan sikap ketidakpedulian dan tidak berperasaannya Israel atas pembantaian terhadap sasaran sipil.
Saat ditanya mengenai implikasi etnis atas tindakan Israel dalam Perang Gaza, Dempsey mengatakan Israel melakukan hal yang luar biasa untuk membatasi kerusakan dan menjamin tak jatuhnya korban sipil di negaranya.
"Dalam konflik seperti ini, di mana Anda memiliki standar kemampuan dan musuh Anda tidak, maka Anda akan dikritik masalah korban sipil," katanya.
Dempsey mengatakan, Hamas telah mengubah Gaza menjadi masyarakat 'bawah tanah' di mana terdapat banyak terowongan di kantong-kantong daerah pantai. Hal itu menurutnya menyebabkan tentara Israel menghadapi tantangan signifikan.
"Tapi mereka melakukan beberapa hal yang luar biasa untuk membatasi korban sipil, ini membuat mereka harus menghancurkan struktur tertentu," ujar Dempsey.
Jenderal tersebut menambahkan, korban sipil dalam konflik merupakan hal yang 'tragis'. Tapi menurutnya, apa yang dilakukan tentara pertahanan Israel, merupakan sesuatu yang memang harus dilakukan.