Ahad 09 Nov 2014 06:09 WIB

Di Sejumlah Negara, Jangkrik Jadi Makanan Pokok

Rep: c09/ Red: Agung Sasongko
Jangkrik (ilustrasi)
Foto: IST
Jangkrik (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Beberapa jenis serangga telah lama menjadi makanan pokok di banyak negara Afrika, Amerika Selatan, dan Asia. Thailand adalah salah satu negara yang mengembangkan peternakan serangga dan telah menjadi bisnis selama 15 tahun terakhir.

Hal ini menghantarkan serangga menjadi bahan produksi pangan dunia. Menurut laporan Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) tahun 2013, produksinya rata-rata sekitar 7.500 ton per tahun.

Jumlah itu masih kecil dibandingkan dengan produksi ayam kampung, sekitar 1.6 miliar ton per tahun. Namun, serangga memiliki sejumlah keunggulan dibandingkan hewan ternak lokal.

"Industri peternakan kecil" dapat menjadi kunci untuk memerangi kekurangan pangan global di masa depan. FAO mengatakan, serangga lebih mudah dipelihara dan memiliki dampak yang kecil terhadap lingkungan dibandingkan dengan hewan ternak yang lain.

Menurut FAO, seperti dilaporkan CNN Ahad (9/11), untuk menghasilkan 1 kg jangkrik yang dapat dikonsumsi, pakan yang diperlukan hanya 2 kg. Sedangkan untuk dapat menghasilkan 1 kg daging babi, peternak harus menghabiskan 5 kg pakan dan untuk menghasilkan 1 kilo daging sapi perlu sepuluh kg pakan.

Di seluruh Thailand, ada sekitar 20 ribu perusahaan peternakan serangga. Peternakan-peternakan tersebut memproduksi 200 spesies serangga yang dapat dikonsumsi. Jenis yang paling populer adalah jangkrik, belalang, larva kumbang, dan ulat bambu.

Krisis keuangan Asia pada 1997 mempercepat munculnya peternakan serangga komersial di Thailand. Tidak ada hambatan budaya dalam mengonsumsi serangga, karena Thailand telah memiliki tradisi itu sejak lama. Selain itu, industri baru dalam memproduksi serangga dapat terus dipelihara.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement