REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Banyak pihak meragukan identitas Muslim Presiden Afganistan Ashraf Ghani. Keraguan ini muncul seiring dengan kisruh pemilihan presiden pada Juni lalu.
Keraguan pertama muncul, dan menjadi serangan kalangan oposisi, saat publik tahu Ghani menikahi wanita non-Muslim. Kalangan oposisi menyebut pernikahan itu wujud gaya presiden yang kebarat-baratan.
Ghani menyadari dirinya diragukan. Itu sebabnya, sejak terpilih menjadi presiden Ghani coba menunjukan jati dirinya sebagai seorang Muslim. "Saya melihat apa yang dilakukan presiden merupakan pesan bahwa dunia Barat tidak akan mempengaruhi keyakinannya," ucap wartawan senior Afganistan, Rafi Alakozay, seperti dilansir Onislam, Ahad (9/11).
Pesan itu coba diperlihatkan ketika ia disumpah. Dalam pidato pengangkatannya sebagai presiden, Ghani meniru apa yang diucapkan Abu Bakar ketika ditunjuk menjadi kalifah pertama umat Islam.
"Saya tidak lebih baik daripada Anda. Jika saya melakukan sesuatu dengan cara yang tepat dukung saya. Jika saya melakukan sesuatu yang salah, koreksi saya," kata Ghani di istana Presiden.
Kedua, Ghani memaparkan penafsiran ulang makna jihad di Afganistan. Ghani mengatakan sudah saatnya Afganistan melakukan jihad akbar, jihad spiritual.
Selanjutnya, Ghani pun melaksanakan umrah, "Seperti yang dijanjikan, saya pergi Umrah dan berdoa kepada Allah (SWT) untuk perdamaian dan kemakmuran di Afghanistan," tulis presiden dalam akun twitter pribadinya.