REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Politik dari Universitas Gadja Mada, Arie Sujito mengatakan kisruh di parlemen antara Koalisi Indonesia Hebat (KIH) dan Koalisi Merah Putih (KMP) akan membawa efek buruk terhadap rakyat. Arie pun menilai kedua pihak harus menjalankan kompromi politik untuk menyelesaikan masalah tersebut.
"Kalau kita melihat mereka tidak mampu membangun kompromi, efeknya rakyat yang akan merasakan. Karena fungsi DPR tidak berjalan, baik itu fungsi kontrol dan budgeting untuk membantu pemerintah," ujarnya, Senin (10/11).
Ia melanjutkan, pada akhirnya masyarakat akan mempunyai persepsi buruk atas kinerja pada legislator. Mereka akan menilai, anggota DPR hanya terima gaji namun tidak bisa bekerja, dan hanya bertengkar antar kelompok.
Arie menilai terus berlanjutnya kisruh di DPR, karena kurangnya keterampilan dalam berkomunikasi politik yang dimiliki oleh para legislator. Seharusnya mereka mampu membangun kompromi yang positif sejak awal sehingga tidak perlu ada perpecahan.
"Seharusnya ada kompromi yang positif antara KMP dan KIH. Berkompromi itu tidak akan mengurangi martabat kok, dan hal itu tidak mengurangi sifat kritis mereka. Yang oposisi tetap beroposisi mengawal kebijakan pemerintah, yang mendukung tetap pada posisinya. Tapi jangan bersengketa antar kelompok di parlemen, karena akhirnya tidak jalan semua," jelasnya.
Ia menambahkan, jika kisruh di parlemen terus terjadi maka bukan tidak mungkin jalannya parlemen akan tidak sehat dan rakyat akan menghukum mereka pada lima tahun mendatang.
"Sekarang masyarakat kan terus memantau, melalui media massa dan social media. Jadi untuk itu mereka tidak bisa bekerja sembarangan," ucapnya.