REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Mata uang Ukraina kembali melemah hingga hampir lima persen, pada Senin (10/11), setelah pecahnya bentrokan pada akhir pekan lalu di kubu pemberontak di timur Ukraina.
Gencatan senjata yang rapuh dan perang yang terus terjadi di wilayah timur, semakin memojokan ekonomi Ukraina.
Kantor berita Reuters melaporkan, gencatan senjata selama dua bulan yang diwarnai perang terus terjadi sehingga membebani ekonomi Ukraina. Peristiwa tersebut mendorong mata uang Ukraina melemah hingga 12 persen. Ini merupakan yang terendah sejak bank sentral mengeluarkan standar resmi sepekan lalu.
Negara dengan 46 juta penduduk itu mendekati kebangkrutan dan kini bergantung pada pinjaman internasional. Tak hanya itu, Ukraina juga tenggelam dalam masalah hutang gas alam pada Rusia.
Bank sentral menawarkan dolar Amerika Serikat pada Senin, di angka 15,2 hrynias, 4,8 persen lebih rendah dari lelang terakhir pada Jumat (7/11). Bank membuat standar resmi 12,95 dolar sepekan lalu, yang membuat nilai mata uang Ukraina terjun bebas.
Setelah berjuang selama musim panas lalu yang menewaskan hampir 4.000 jiwa, gencatan senjata dilakukan. Namun tampaknya gencatan tak berlangsung baik, bentrokan terus mewarnai wilayah timur yang dikuasai pemberontak.