REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Paham intoleransi mengatasnamakan agama mesti dicegah sejak dini. Terutama bagi remaja, perlu benteng yang kukuh dalam menjaga mereka dari paham radikal, di antaranya dengan memahamkan soal Islam yang rahmatan lil alamin.
Terkhusus remaja Muslim, pemerintah melalui Kementerian Agama (Kemenag) memulainya dengan membidik kelompok remaja Rohani Islam (Rohis) di SMA dan SMK yang merupakan salah satu komponen dari Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS).
"Masa remaja ialah saat mereka menyerap segala informasi dan ingin menunjukkan identitas diri, maka ini yang perlu kita kawal," kata Direktur Pendidikan Agama Islam Sekolah Umum Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kemenag Amin
Hedari dalam Konferensi Pers penyelenggaraan Perkemahan Rohis Nasional pada 11-15 November di Bumi Perkemahan Cibubur, Selasa (11/11).
Kegiatan perkemahan, kata Amin, merupakan salah satu langkah nyata mencegah potensi penyusupan paham radikal di tubuh rohis, terlebih semenjak peristiwa penangkapan tiga siswa SMK di Klaten Jawa Tengah yang merencanakan peledakan bom.
Kemenag berkepentingan, sebab salah satu tanggung jawab direktoratnya ialah memunculkan generasi muda yang memiliki pandangan keagamaan yang inklusif dan toleran yang akan menjadi calon pemimpin bangsa yang bisa mengayomi semua.
Menurut Direktur Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Umum Amin Hedari, hal tersebut sesuai dengan kondisi Indonesia yang multi-etnis, multi-agama dan multi-budaya.
Disebutkannya, sebanyak lebih dari dua ribu pengurus rohis dilibatkan dalam kegiatan yang mengusung tema Aku Bangga Menjadi Muslim Indonesia.
Kegiatan empat hari akan diisi dengan diskusi keagamaan, pemberian materi kepemimpinan, out bound dan kegiatan ritual Islam yang dilakukan secara berjamaah seperti tahajud, shalat dhuha dan mengaji Alquran.
"Agar remaja terbuka pandangannya, bahwa agama itu luhur, semua agama memerintahkan dakwah dengan sejuk dan santun," kata Amin Hedari menjelaskan.