REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aksi melompat pagar yang dilakukan Menakertrans Hanif Dhakiri menjadi gaya blusukan baru. Gaya itu diapresiasi sebagai terobosan baru dalam memimpin salah satu institusi negeri.
"Ya itu terobosan baru saja", kata Kepala Humas Kemenakertrans, Suhartono, Selasa (11/11).
Menurutnya, yang lebih penting adalah tindak lanjut setelah kegiatan blusukan tersebut. Masih banyak hal yang harus diurus oleh kementerian. Karena, semua tidak akan selesai jika dilakukan dengan blusukan saja.
Pada dasarnya, kata dia, aksi kerja langsung di lapangan adalah salah satu upaya dari kementerian untuk mencari fakta. Setelah itu, mencari solusinya.
Hanif memang beberapa kali melakukan blusukan. Seperti di Bandara saat memeriksa pengembalian tenaga kerja Indonesia.
Hanif pun akan memperpendek waktu pengurusan perizinan tenaga kerja antara perusahaan dan pekerja. "Dalam undang-undang disebutkan waktu perizinannya 14 hari. Tapi nanti akan dipersingkat menjadi enam atau lima hari", tutur Suhartono.
Menurutnya, apa yang dilakukan Hanif hampir sama dengan menteri sebelumnya. Yaitu, melakukan pemetaan kerja dan membenahi kementerian tenaga kerja dari hulu hingga hilir. "Kita tidak mau membandingkan", ungkapnya.
Suhartono mengatakan, belum tahu apakah blusukan Hanif akan rutin dilakukan atau tidak. Ia hanya berpendapat, semuanya dilakukan sesuai kebutuhan.
Gaya blusukan tersebut memang dapat dicontoh oleh menteri lain. Namun semuanya harus dipertimbangkan dengan efektivitas kerja. Harus dipikirkan pula seberapa efisien dampak dari blusukan tersebut.