Selasa 11 Nov 2014 20:31 WIB

Publik Ingin Pertamina Menguntungkan Negara

Pertamina
Foto: Nunu/Republika
Pertamina

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Energy Watch Ferdinand Hutahaean menilai bahwa sejak awal proses yang dilakukan oleh Rini Soemarno terhadap Pertamina adalah sebuah kesewenang-wenangan, sebuah bentuk sikap yang merasa bahwa Pertamina dan BUMN lainnya adalah miliknya sehingga berbuat sesuai selera pribadi dan mengabaikan expektasi publik yang sangat besar dengan sosok calon Dirut Pertamina.

"Padahal publik sangat berharap bahwa calon Dirut pertamina yang akan datang adalah mampu membawa Pertamina menjadi penghasil keuntungan bagi negara, bukan seperti sekarang selalu teriak rugi," ujar Direktur Eksekutif Energy Watch Ferdinand Hutahaean di Jakarta, Selasa (11/11).

Menurutnya, sangat penting bagi seorang pemimpin Pertamina mengerti seluk beluk dunia Minyak dan Gas (Migas) agar tidak salah dalam pengelolaan. Bahkan lebih diutamakan yang memahami energi secara umum bukan hanya migas.

"Karena menjadi penting syarat itu saat ini agar kita tidak salah menempatkan orang. Ibaratnya negara kita sakit saraf, yah harus kita kirim dokter saraf jangan kirim dokter kandungan. Nanti salah diagnosa dan salah berikan resep, yang ada oasien malah meninggal," jelasnya.

Seperti diketahui, Rinaldi Firmansyah muncul sebagai kandidat kuat Direktur Pertamina. Latar Belakang Rinaldi sebagai Mantan Dirut Telkom dinilai tidak layak untuk memimpin perusahaan yang bergerak di sektor Migas. Pengamat energi sekaligus Koordinator Indonesia Migas Watch Tri Widodo mengatakan bahwa BUMN sekaliber Pertamina sangat membutuhkan sosok seorang pemimpin yang 'expert' di bidangnya.

"Pertamina itu kan membutuhkan seorang yang paham expert. Membutuhkan seorang yang paham manajemen perusahaan perminyakan. Rinaldi kan orang keuangan," jelasnya.

Ferdinanpun menyarankan agar Rini sebelum melakukan fit and proper test terlebih dahulu melakukan uji integritas para calon melalui KPK, sesuai dengan kesepakatan Presiden joko Widodo dengan pihak KPK.

"Setelah lolos dari KPK baru di Fit and propert test, tanya visinya, mengerti tidak seluk beluk migas, punya insting investigasi tidak, berani melawan mafia tidak? jangan langsung "ujug-ujug' nunjuk dan mengendorse seseorang terutama yang justru bermasalah," ujarnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement