REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH -- Presiden Palestina Mahmud Abbas menuding Hamas berusaha "menghancurkan" usaha-usaha memediasi persatuan nasional melalui serangkaian ledakan bom di Gaza pekan lalu. Hamas dengan cepat memukul balik, dengan melukiskan tudingan-tudingan tersebut "bohong".
Dalam pidato menandai ulang tahun ke-10 wafatnya pemimpin Palestina Yasser Arafat, Abbas mengatakan Hamas berada di belakang ledakan-ledakan di Gaza yang menyasar para pemimpin gerakan Fatah. Ledakan-ledakan tersebut menyebabkan pembatalan upacara mengenang Arafat yang jarang terjadi di Gaza. Arafat merupakan pendiri Fatah yang wafat secara misterius di satu rumah sakit dekat Paris.
"Mereka yang menyebabkan ledakan-ledakan itu di Gaza adalah para pemimpin Hamas -- mereka bertanggung jawab," kata Abbas di Ramallah, kota di Tepi Barat, menuduh faksi saingannya mencoba "menyabotase dan menghancurkan proyek nasional Palestina."
Abbas juga menegaskan kembali rencana-rencananya untuk mengajukan satu naskah resolusi ke Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa akhir bulan ini dengan menyerukan diakhirinya pendudukan Israel atas wilayah-wilayah Palestina pada November 2016.
Dia berjanji bahwa pihak Palestina yang memperoleh posisi sebagai negara pengamat PBB pada 2012, akan mengajukan untuk bergabung jadi tuan rumah organisasi-organisasi internasional jika resolusi itu dihalangi oleh veto Amerika Serikat.
"Kami tidak akan mentolerir tekanan," kata dia, merujuk kepada usaha-usaha AS untuk meminta pihak Palestina jangan mendekati Dewan Keamanan.