Rabu 12 Nov 2014 10:31 WIB

Menag Minta Pelajar Pahami Islam Secara Benar

Rep: c78/Antara/ Red: Agung Sasongko
 Menteri Agama Lukman hakim Saifuddin.
Foto: Republika/ Tahta Aidilla
Menteri Agama Lukman hakim Saifuddin.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengakui budaya global dan paham-paham radikalisme kini telah bersinggungan dengan pelajar dan karena itu perlu mendapat perhatian serius semua pihak, khususnya yang memiliki tanggung jawab dalam bidang pendidikan.

"Para remaja atau pelajar saat ini mudah berinteraksi dengan dunia luar seiring makin pesatnya teknologi komunikasi," kata Lukman Hakim di Jakarta, Rabu (12/11).

Ia mengatakan, kewajiban semua pihak untuk membentengi para remaja tersebut dengan sikap moderat. Kedepankan norma-norma agama maupun sosial yang saat ini menjadi tuntunan Kurikulum 2013, yaitu sikap sosial dan spiritual.

Kegiatan itu, katanya, salah satunya dengan menggencarkan upaya internalisasi nilai-nilai Islam "rahmatan lil 'aalamin" (menjadi rahmat bagi seluruh alam) melalui kegiatan Rohis (Rahani Islam) di sekolah. Kegiatan kemah kali ini melibatkan 2.000 siswa tingkat SMA dan SMK seluruh Indonesia.

Lukman menegaskan, suatu bangsa akan mencapai kemajuan dan kemakmuran apabila mampu melahirkan generasi cerdas, kreatif dan berakhlak mulia. Aset terbesar untuk kejayaan dan kemakmuran bangsa tergantung kepada ketersediaan sumber daya manusia berkualitas.

Untuk itu ia mengajak para guru untuk bisa memberi warna keunggulan kepada para pelajar. Beri pemahaman kepada mereka nilai Islam yang benar dan "rahmatan lil alamin", agar menjadi generasi Muslim, generasi qurani yang tangguh, cerdas, kompetitif, jujur, santun dan berakhlak mulia.

Menag Lukman minta para pelajar untuk memahami Islam secara benar. Islam adalah ajaran yang menebar kedamaian kepada alam semesta. Ajaran salam mengajak diri sendiri dan sesama untuk membawa keselamatan di muka bumi.

Dia menjelaskan bahwa perbedaan harus dihormati karena perbedaan hadir agar semua insan untuk saling melengkapi, mengisi dan menyempurnakan.

"Bukan untuk memecah belah. Allah menciptakan manusia bersuku-suku dan berbangsa-bangsa. Semua itu dimaksudkan agar manusia bisa bersikap bijaksana. Jika Allah mau, tentu bisa saja diciptakan manusia sama. Tapi, Ia berkehendak lain. Manusia hadir di muka bumi dengan kemajemukannya," katanya.

Kata dia, adanya perbedaan merupakan ujian bagi manusia untuk berlomba-lomba mencapai kebaikan. Karena itu jadilah muslim Indonesia yang sejati. Islam yang menghormati perbedaan dan membawa keselamatan bagi alam semesta alam, kata Lukman Hakim.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement