REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seiring konflik antara Israel-Palestina yang belum kunjung menemui titik penyelesaian, hubungan antara warga Yahudi-Islam di kalangan warga dunia menjadi terbangun sensitif bahkan tak harmonis.
Situasi tersebut tak hanya terbatas di Timur Tengah, tapi juga meracuni hubungan mayoritas kedua penganut agama tersebut di seluruh dunia. Mereka cenderung saling berprasangka, saling memusuhi.
Memperhatikan hal tersebut, pemimpin spiritual Pusat Muslim Jamaika Imam Shamsi Ali mengurai tiga masalah, mengapa konflik di Palestina tak kunjung tuntas.
“Sebab di dua agama ini sama-sama ada kelompok ekstrem yang dua-duanya punya keinginan absolut,” kata dia Selasa malam (11/11) usai acara diskusi dan bedah buku yang ia tulis bersama tokoh Yahudi bernama Rabi Marc Schneier.
Buku yang bertajuk Anak-Anak Ibrahim itu berisi dialog terbuka mengenai isu-isu yang memisahkan dan menyatukan muslim yahudi, sekaligus mengurai titik temu permasalahan yang terjadi di Timur tengah agar terjadi jalan penyelesaian.
Karenanya, satu-satunya jalan ialah melakukan pengorbanan dari dua kubu ekstremis ini, agar terjadi kesepakatan yang mengayomi kepentingan kedua belah pihak secara adil.