REPUBLIKA.CO.ID,
Dikatakannya, paham radikal yang rentan masuk ke tubuh rohis harus diberikan pengawalan dari semua pihak. Tak hanya pemerintah, tapi juga guru pembimbing, orangtua dan masarakat.
Sebab, informasi terus bergulir dari luar dan bisa jadi yang negatif pun diserap remaja. Makanya, pengawasan untuk mentor dari luar pun mesti dilakukan. Meki tetap anggota rohis tak boleh sampai terganggu kebebasannya dalam berekspresi.
Pendamping peserta yang juga merupakan guru SMK Negeri I Tempel Sleman bernama Hanik Rosyada sepakat, anggota rohis perlu diberi pendampingan tanpa membuat mereka merasa dikekang.
Hanik berpendapat, kegiatan perkemahan seharusnya menjadi awal penegasan fungsi rohis sebagai pedoman karakter siswa ke arah yang positif.
Terdiri dari dua kelurahan, yakni Kelurahan Khodijah Al Qubra untuk area perkemahan siswa perempuan, dan Keluarahan Umar Bin Khattab untuk putra, mereka diberi pengetahuan tentang keislaman.
Maka, dalam konsep perkemahan, lanjut dia, menjadi salah satu ajang membentuk karakter di mana mereka diajari untuk hidup mandiri dan saling menolong dengan peserta lain.
“Di samping itu, pemberian materi yang bertujuan utama memahamkan akan Islam rahmatan lil alamin harusnya efektif masuk dan dipahami para peserta,” tutur Hanik menambahkan.